• 10 Contoh Kalimat Repetisi dalam Bahasa Indonesia
  • 12 Contoh Majas Paradoks dalam Kalimat Bahasa Indonesia
  • 20 Contoh Majas Kontradiksi Interminus dalam Kalimat Bahasa Indonesia
  • 24 Contoh Macam-Macam Majas Pertentangan dalam Bahasa Indonesia
  • 22 Contoh Majas Ironi dan Satir dalam Bahasa Indonesia
  • 16 Contoh Majas Innuendo dan Sarkasme dalam Bahasa Indonesia
  • 24 Contoh Majas Ironi dan Sinisme dalam Bahasa Indonesia
  • 30 Contoh Macam-Macam Majas Sindiran dalam Bahasa Indonesia
  • 24 Contoh Majas Sinisme dalam Bahasa Indonesia
  • 28 Contoh Majas Epanalepsis dan Epizeukis dalam Bahasa Indonesia
  • 16 Contoh Majas Anafora dan Alonim dalam Bahasa Indonesia
  • 12 Contoh Majas Epizeukis dalam Bahasa Indonesia
  • 15 Contoh Majas Epanalepsis dalam Bahasa Indonesia
  • Majas Anafora dan Contohnya dalam Bahasa Indonesia
  • 17 Contoh Majas Tautoles dalam Bahasa Indonesia
  • 17 Contoh Majas Alonim dalam Bahasa Indonesia
  • 24 Contoh Majas Eufimisme dan Disfemisme dalam Bahasa Indonesia
  • 33 Contoh Majas Hiperbola dan Majas Personifikasi dalam Bahasa Indonesia
  • 23 Contoh Majas Litotes dan Hiperbola dalam Bahasa Indonesia
  • 26 Contoh Majas Ironi dan Litotes dalam Bahasa Indonesia
  • 22 Contoh Majas Asidenton dan Polisidenton dalam Kalimat Bahasa Indonesia
  • 22 Contoh Majas Anafora dan Metafora dalam Kalimat Bahasa Indonesia
  • 7 Contoh Majas Mesodiplosis dalam Bahasa Indonesia
  • Majas Epifora – Pengertian dan Contoh Kalimatnya
  • 12 Contoh Majas epifora dalam Kalimat dan Puisi Bahasa Indonesia
  • 11 Contoh Majas Apofasis dalam Bahasa Indonesia
  • 13 Contoh Majas Anafora dalam Kalimat dan Puisi Bahasa Indonesia
  • 17 Contoh Majas Polisidenton dalam Bahasa Indonesia
  • 32 Contoh Majas Asidenton dalam Kalimat Bahasa Indonesia
  • 26 Contoh Majas Alusio dalam Bahasa Indonesia
  • 4 Contoh Majas Eponim beserta Penjelasannya dalam Bahasa Indonesia
  • 25 Contoh Majas Perifrasa beserta Maknanya dalam bahasa Indonesia
  • 30 Contoh Majas Disfemisme beserta Maknanya dalam Bahasa Indonesia
  • 42 Contoh Majas Antropomorfisme dalam Bahasa Indonesia
  • 34 Contoh Majas Aptronim dalam Kalimat Bahasa Indonesia
  • 35 Contoh Majas Simetri dalam Bahasa Indonesia
  • Perbedaan Majas Metafora dan Majas Simbolik dalam Bahasa Indonesia
  • Perbedaan Majas Simile dan Majas Asosiasi dalam Bahasa Indonesia
  • 4 Contoh Majas Parabel beserta Maknanya
  • 14 Contoh Majas Innuendo dalam Bahasa Indonesia
  • 31 Contoh Majas Satire dalam Bahasa Indonesia
  • Berikan Contoh Majas Anafora dalam Kalimat
  • Berikan Contoh Majas Penegasan
  • Berikan Contoh Majas Paronomasia
  • 20 Contoh Majas Inversi dalam Bahasa Indonesia
  • 33 Contoh Majas Elipsis dalam Bahasa Indonesia
  • 25 Contoh Majas Interupsi dalam Bahasa Indonesia
  • 18 Contoh Majas Koreksio dalam Bahasa Indonesia
  • 19 Contoh Majas Retorik dalam Bahasa Indonesia
  • 38 Contoh Majas Ekslamasio dalam Bahasa Indonesia
  • 31 Contoh Majas Preterito dalam Bahasa Indonesia
  • 21 Contoh Majas Antiklimaks dalam Bahasa Indonesia
  • 25 Contoh Majas Klimaks dalam Bahasa Indonesia
  • 25 Contoh Majas Oksimoron dalam Bahasa Indonesia
  • 48 Contoh Majas Klimaks dan Antiklimaks dalam Bahasa Indonesia
  • Contoh Majas Anadiplosis dalam Bahasa Indonesia
  • 13 Contoh Majas Asonansi dalam Puisi
  • 65 Macam-Macam Majas Perulangan dan Contohnya
  • 35 Contoh Majas Tropen dan pengertiannya
  • 145 Majas Aliterasi dan Contohnya
  • 65 Majas Antanaklasis dan Contohnya
  • 70 Majas Antonomasia dan Contohnya
  • 25 Macam-Macam Majas Penegasan dan Contohnya
  • 5 Macam-Macam Majas Sindiran dan Contohnya
  • 25 Majas Kontradiksi Interminus dan Contohnya
  • Majas Anakronisme beserta Contohnya
  • Majas Tautologi dan Contohnya
  • Majas Antitesis beserta 50 Contohnya
  • Majas Alegori – Pengertian dan Contohnya
  • 40 Majas Paralelisme dan Contohnya
  • 50 Majas Eufimisme dan Contohnya
  • Majas Simile dan Contohnya dalam Kalimat
  • 27 Contoh Majas Sarkasme
  • 87 Macam-Macam Majas Perbandingan dan Contohnya
  • 93 Macam-Macam Majas Pertentangan beserta Contohnya
  • 55 Contoh Majas Pleonasme dalam Kalimat
  • Pengertian Majas Sinisme dan Contohnya Terlengkap
  • 50 Contoh Majas Simbolik dalam Kalimat
  • Majas Paradoks dan Contohnya dalam Kalimat
  • 25 Majas Repetisi dan Contohnya dalam Kalimat
  • 79 Contoh Majas Hiperbola dan Artinya
  • 107 Contoh Majas Litotes dalam Kalimat
  • 44 Contoh Majas Sinekdoke Pars Pro Toto dan Totem Pro Parte
  • 101 Contoh Majas Asosiasi dalam Kalimat
  • 70 Contoh Majas Metafora beserta Artinya
  • 70 Contoh Majas Ironi Lengkap dalam Kalimat
  • 58 Contoh Majas Metonimia dalam Kalimat
  • 100 Contoh Majas Personifikasi dan Artinya
  • 92 Macam Macam Majas dan Contohnya

Dosen Bahasa

Home » esai » Contoh Esai tentang Pendidikan

Contoh Esai tentang Pendidikan

Karangan prosa yang mengupas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya disebut esai. Sebelumnya kita telah mengetahui dan memahami jenis-jenis esai ,  struktur esai yang baik, cara membuat esai yang benar , contoh esai singkat , dan contoh esai sastra . Berikut disajikan contoh-contoh esai tentang pendidikan.

1. Contoh 1

Berikut adalah contoh esai pendidikan berjudul Menengok Pudarnya Pesona Academic Honesty dengan perubahan seperlunya.

2. Contoh 2

Contoh esai tentang pendidikan berikut ini berjudul Kemuliaan Guru yang Dirampas Zaman, dikutip dari nasional.sindonews.com, tanggal 25 Februari 2019, dengan penyesuaian.

Demikianlah ulasan singkat tentang contoh eai tentang pendidikan. Artikel lain yang dapat dibaca di antaranya adalah   jenis-jenis karangan semi ilmiah, jenis-jenis prosa non fiksi , jenis-jenis prosa baru ,  contoh tajuk rencana singkat ,  contoh resensi buku pelajaran ,  contoh resensi buku cerpen ,  contoh cerpen singkat beserta strukturnya ,  contoh novel terjemahan ,  contoh sinopsis film , dan  contoh sinopsis buku kumpulan puisi . Semoga bermanfaat. Terima kasih.

Related Posts

Teks debat – pengertian, struktur, ciri, kaidah, dan contohnya, cara membuat puisi yang benar beserta contohnya, ciri-ciri dan unsur sastra melayu klasik dan contohnya, unsur-unsur pembangun dalam puisi, sistematika karya ilmiah, teks tantangan – pengertian, ciri, struktur, kaidah, dan contoh, teks laporan percobaan – pengertian, kaidah, struktur, dan langkah pembuatan, contoh teks laporan percobaan, unsur-unsur iklan baris dalam bahasa indonesia, cara membedakan fakta dan opini dalam teks iklan, recent posts.

  • Teks Debat – Pengertian, Struktur, Ciri, Kaidah, dan Contohnya 16 July, 2019
  • Cara Membuat Puisi yang Benar beserta Contohnya 16 July, 2019
  • Teks Inspirasi – Pengertian, Ciri, dan Unsur 16 July, 2019
  • Ciri-Ciri dan Unsur Sastra Melayu Klasik dan Contohnya 16 July, 2019
  • Unsur-Unsur Pembangun dalam Puisi 16 July, 2019
  • Sistematika Karya Ilmiah 16 July, 2019
  • Teks Tantangan – Pengertian, Ciri, Struktur, Kaidah, dan Contoh 16 July, 2019
  • Teks Laporan Percobaan – Pengertian, Kaidah, Struktur, dan Langkah Pembuatan 16 July, 2019
  • Contoh Teks Laporan Percobaan 16 July, 2019
  • Unsur-Unsur Iklan Baris dalam Bahasa Indonesia 16 July, 2019

Dunia Dosen

Video M4stur84s1 Artis, Cek kenapa bisa tersebar..

  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami

Dialocal

Panduan Lengkap: Contoh Filsafat Pendidikan di Indonesia

by Septian Bagus Widyacahya | Aug 31, 2023 | Filsafat | 0 comments

contoh essay filsafat pendidikan

Dialocal – Artikel ini akan membahas tentang filsafat pendidikan di Indonesia, mulai dari pengertian hingga contoh penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Filsafat pendidikan memegang peran penting dalam membentuk sistem pendidikan nasional , karena filosofi yang dianut oleh suatu masyarakat akan mempengaruhi cara pendidikan dijalankan.

Filsafat pendidikan sendiri berasal dari kata “filsafat” yang berarti cinta akan kebijaksanaan, dan “pendidikan” yang berarti proses pembentukan karakter dan pengetahuan seseorang.

Dalam pendidikan, filsafat digunakan sebagai landasan untuk memandu pengambilan keputusan dalam proses pembelajaran, baik dari segi kurikulum maupun metodenya.

Contoh filsafat pendidikan meliputi pendekatan humanisme, pragmatisme, dan perenialisme. Setiap pendekatan tersebut memiliki prinsip tersendiri yang menjadi landasan dalam proses pendidikan. Selain itu, juga terdapat contoh filsafat pendidikan Islam yang menerapkan nilai-nilai agama sebagai landasan dalam pendidikan.

Dalam artikel ini, akan dibahas contoh-contoh penerapan filsafat pendidikan, baik dalam pembelajaran formal maupun non-formal.

Pembaca akan mendapatkan informasi tentang pentingnya memiliki landasan filosofis dalam mendesain pendidikan yang memenuhi kebutuhan dan tujuan masyarakat.

Dengan membaca artikel ini, diharapkan pembaca dapat memahami konsep-konsep dasar filsafat pendidikan dan contoh penerapannya di Indonesia.

Table of Contents

Pengertian dan Konsep Filsafat Pendidikan

Pengertian dan Konsep Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan merupakan cabang filsafat yang berfokus pada pemikiran dan teori tentang pendidikan. Konsep filsafat pendidikan meliputi berbagai pandangan tentang tujuan, fungsi, metode dan nilai-nilai pendidikan.

Konsep filsafat pendidikan beragam dan meliputi berbagai perspektif seperti humanisme, idealisme, pragmatisme, eksistensialisme dan naturalisme. Setiap perspektif ini memiliki pandangan yang berbeda tentang pendidikan dan memberikan sumbangan berharga dalam pengembangan sistem pendidikan .

Filsafat pendidikan dapat diartikan sebagai refleksi dan kajian sistematis mengenai isu-isu, prinsip, dan kaidah pendidikan yang meliputi tujuan, metode, dan isi pendidikan.

Konsep filsafat pendidikan membantu dalam memahami mengapa pendidikan dilakukan dan tujuannya apa. Dengan memahami filsafat pendidikan, kita dapat membuat keputusan yang tepat dalam membangun sistem pendidikan yang baik dan efektif.

  • Perspektif humanisme menekankan pada pentingnya pengembangan pribadi dan menekankan pentingnya kreativitas, kebebasan dan keprihatinan sosial.
  • Perspektif idealisme menekankan pentingnya pengembangan nilai-nilai moral, etika dan kebenaran yang bersifat abadi.
  • Perspektif pragmatisme menekankan pada pengembangan keterampilan dan kecakapan dalam memecahkan masalah yang praktis dalam kehidupan sehari-hari.
  • Perspektif eksistensialisme menekankan pada pemahaman dalam merespons kebebasan dan makna hidup.
  • Perspektif naturalisme menekankan pada pentingnya belajar dari alam dan lingkungan sekitar.

Perspektif-perspektif ini sangat relevan dalam membangun sistem pendidikan yang baik dan efektif. Masing-masing perspektif ini memiliki sumbangan khusus untuk pengembangan pendidikan dan dapat membantu dalam memberikan pendidikan yang lebih holistik dan seimbang bagi semua individu.

Baca Juga : Mengenal Filsafat sebagai Cara Berpikir untuk Hidup Lebih Bermakna

Contoh Filsafat Pendidikan di Indonesia

Di Indonesia, terdapat berbagai macam filsafat pendidikan yang diterapkan dalam pembelajaran.

Penggunaan filsafat pendidikan ini bertujuan untuk menciptakan sistem pendidikan yang berkualitas dan dapat membentuk karakter siswa secara holistik.

Berikut beberapa contoh penggunaan filsafat pendidikan dalam pendidikan di Indonesia:

1. Filsafat Pendidikan Pancasila

Filsafat pendidikan Pancasila adalah filsafat yang diterapkan secara luas di Indonesia.

Filsafat ini menggunakan dasar-prinsip dari Pancasila sebagai pandangan hidup yang merujuk pada kemampuan untuk hidup dalam kehidupan sosial yang harmonis, demokratis, dan beradab.

Penggunaan filsafat ini bertujuan untuk membentuk siswa yang berakhlak baik, berkarakter positif dan dapat menghargai perbedaan dalam masyarakat.

2. Filsafat Pendidikan Humanis

Filsafat pendidikan humanis merupakan pendekatan pendidikan yang memberikan perhatian pada keunikan dan potensi siswa.

Filsafat ini mengajarkan bahwa setiap individu memiliki kemampuan untuk belajar dan berkembang. Oleh karena itu, pendidikan harus menghargai keunikan siswa, memberikan kebebasan dalam belajar, serta mendorong self-actualization.

Dalam praktiknya, penggunaan filsafat ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif dan berorientasi pada pengembangan potensi siswa.

3. Filsafat Pendidikan Islam

Filsafat pendidikan Islam merupakan pendekatan pendidikan yang berdasarkan pada nilai-nilai Islam.

Filsafat ini mengajarkan bahwa pembelajaran harus diletakkan dalam kerangka syariat Islam dan menghargai nilai-nilai keagamaan.

Penerapan filsafat ini bertujuan untuk membentuk siswa yang berakhlak baik, bertanggung jawab, serta memahami ajaran Islam secara utuh.

4. Filsafat Pendidikan Montessori

Filsafat pendidikan Montessori merupakan pendekatan pendidikan yang memusatkan perhatian pada perkembangan manusia secara holistik.

Filsafat ini mengajarkan bahwa setiap individu memiliki kemampuan unik untuk belajar dan berkembang. Oleh karena itu, pendidikan harus memfasilitasi pengalaman belajar yang positif dan memberikan kebebasan dalam belajar.

Penerapan filsafat ini bertujuan untuk membentuk siswa yang kreatif, mandiri, dan berpikiran terbuka.

Penggunaan filsafat pendidikan dalam pembelajaran di Indonesia sangat penting untuk membentuk karakter siswa dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, para pendidik harus memahami, menerapkan, dan mengembangkan berbagai filsafat pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa dan berorientasi pada peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

Manfaat dan Prinsip Filsafat Pendidikan

Manfaat dan Prinsip Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan adalah satu set prinsip dan gagasan tentang pendidikan yang membentuk fondasi dari sistem pendidikan pada suatu negara. Namun, apakah manfaat dari mempelajari filsafat pendidikan dan mengapa prinsip-prinsip ini harus menjadi bagian dari pendidikan?

Manfaat Filsafat Pendidikan

Ada banyak manfaat dari mempelajari filsafat pendidikan, terutama dalam konteks pendidikan di Indonesia, yang mencakup:

  • Membantu guru dan pengambil kebijakan pendidikan memahami tujuan sebenarnya dari pendidikan dan mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai.
  • Membantu siswa memahami nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang mendasari sistem pendidikan mereka.
  • Mendorong siswa untuk berpikir kritis tentang proses pembelajaran dan memberi mereka kemampuan untuk mengatasi masalah di sekitar mereka.
  • Memberikan siswa pemahaman yang lebih dalam tentang konsep-konsep abstrak seperti keadilan, kebenaran, dan kebaikan.
  • Mendorong pengembangan karakter dan moralitas, membantu siswa menjadi dewasa dan terkait secara etis di dunia.

Oleh karena itu, filsafat pendidikan sangat penting untuk memunculkan perspektif tentang nilai-nilai yang terkandung di dalamnya untuk menentukan prinsip-prinsip dan strategi yang akan diimplementasikan dalam pendidikan.

Prinsip Filsafat Pendidikan

Prinsip-prinsip filsafat pendidikan membentuk dasar dari sistem pendidikan yang sukses. Beberapa prinsip penting filsafat pendidikan yang diterapkan di Indonesia meliputi:

  • Mengajarkan kesetaraan dan mengakui hak asasi manusia.
  • Mendorong kreativitas dan inovasi.
  • Menekankan pentingnya pengembangan karakter dan moralitas.
  • Mengejar keselarasan antara pengetahuan dan tindakan, serta teori dan praktek.
  • Menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi dalam pendidikan.

Prinsip-prinsip ini digunakan sebagai panduan dalam membangun sistem pendidikan yang efektif dan efisien.

Prinsip-prinsip ini juga membantu siswa untuk menjadi individu yang terampil dan berkompeten secara profesional, serta memiliki karakter yang kuat dan berkualitas.

Peran Filsafat Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional

Peran Filsafat Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional

Filsafat pendidikan Islam memiliki peran penting dalam pengembangan sistem pendidikan nasional di Indonesia.

Salah satu contoh penerapan filsafat pendidikan Islam adalah melalui pendidikan karakter atau akhlak mulia. Konsep ini diterapkan untuk membentuk generasi muda yang berakhlakul karimah dan memiliki kesiapan dalam menghadapi tantangan di masa depan.

Selain itu, ada juga konsep pendidikan Islam yang menekankan pada pentingnya penanaman nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, siswa dapat memahami dan mengamalkan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat.

Contoh Penerapan Filsafat Pendidikan Islam

Salah satu contoh penerapan filsafat pendidikan Islam di Indonesia adalah melalui pendidikan pesantren.

Pesantren adalah lembaga pendidikan yang memadukan pendidikan agama dan umum. Dalam pendidikan pesantren, siswa tidak hanya belajar tentang ajaran Islam, tetapi juga belajar tentang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Di dalam pesantren, para santri juga dilatih untuk disiplin dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar. Hal ini dilakukan agar santri dapat menjadi sosok yang bermanfaat bagi masyarakat di masa depan.

Pendidikan Karakter dalam Filsafat Pendidikan Islam

Pendidikan karakter merupakan salah satu prinsip dalam filsafat pendidikan Islam. Pendidikan karakter tidak hanya mencakup aspek moral, tetapi juga mengembangkan sisi intelektual dan sosial siswa.

Dalam pendidikan karakter, siswa diajarkan untuk memiliki kejujuran, tanggung jawab, sikap saling menghargai, dan sikap toleransi terhadap perbedaan.

Dalam filsafat pendidikan Islam, pendidikan karakter dianggap sebagai hal yang sangat penting, karena karakter yang baik merupakan bagian penting dari ibadah kepada Allah SWT.

Dalam sistem pendidikan nasional Indonesia , filsafat pendidikan Islam memiliki peran penting dalam pembentukan karakter dan moral siswa.

Melalui penerapan konsep pendidikan karakter dan nilai-nilai agama, diharapkan siswa mampu menjadi pribadi yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat.

Baca Juga : Perbedaan Filsafat Plato dan Aristoteles: Panduan Lengkap

Submit a Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Submit Comment

Subscribe to get the latest information

Dapatkan notifikasi postingan terbaru dari Dialocal.

Recent Posts

  • Melacak Pemikiran August Comte: Bapak Sosiologi Dunia
  • Manfaat Hidup Rukun: Mengapa Keharmonisan Itu Penting?
  • Menciptakan Pasangan Harmonis: Kiat Penting dari Kami
  • Rahasia Terungkap: Cara Agar Hubungan Harmonis yang Langgeng
  • Membangun Hubungan yang Harmonis Jangka Panjang
  • Mental Health
  • Productivity
  • Self-Development
  • A Stoic Minimalist

Beranda

  • Sastra Lama
  • Pokok dan Tokoh
  • Situs Web Sastra
  • Situs Web/Blog Cerpen
  • Situs Web/Blog Drama
  • Situs Web/Blog Puisi
  • Situs Web/Blog Wawasan Sastra
  • Situs Web/Blog Pribadi/Tokoh Sastra
  • Situs Web Berita/Majalah Sastra
  • Belajar Menulis
  • Obrolan Santai
  • Panduan Menulis di Jendela Sastra

Filsafat Ilmu Pengetahuan

Foto alfansuri

  • forum sastra ilusi

FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN DAN MAKNANYA BAGI PENDIDIKAN

Peneliti Filsafat dan Kebudayaan di Sekolah Jubilee, Jakarta

Abstrak: Tulisan ini dikonstruksi berdasarkan interpretasi terhadap filsafat ilmu pengetahuan dalam hubungannya dengan praksis pendidikan. Dari interpretasi tersebut ditelusuri makna filsafat ilmu pengetahuan terhadap pendidikan. Dalam tulisan ini, seluruh uraian terhadap berbagai aspek yang terkait dengan filsafat ilmu pengetahuan memiliki resonansi secara kuat dengan pendidikan. Tesis pokok tulisan ini berhubungan dengan peran penting filsafat ilmu pengetahuan dalam memajukan pendidikan, termasuk pendidikan di Indonesia.

Kata kunci: ontologi, epistemologi, aksiologi, revolusi pendidikan

Arti dan makna ilmu pengetahuan bagi kehidupan umat manusia dari masa ke masa menjadi perhatian filsafat ilmu pengetahuan. Dalam pengertiannya yang sederhana, "filsafat ilmu pengetahuan" adalah studi secara filosofis terhadap elemen-elemen ilmu pengetahuan. Berbagai aspek dan dimensi yang terkait dengan ilmu pengetahuaan ditinjau berdasarkan perspektif filosofis. Baik aspek metafisika, metodologi, maupun etika sepenuhnya disimak berdasarkan perspektif filosofis. Dengan demikian, filsafat ilmu pengetahuan menjelaskan makna dan kedudukan ilmu pengetahuan bagi kehidupan umat manusia.

Manakala disimak dengan menggunakan perspektif filsafat ilmu pengetahuan, maka setiap disiplin ilmu mengandung tiga elemen pokok, yaitu [1] ontologi, [2] epistemologi dan [3] aksiologi. Ontologi adalah elemen penting ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat hidup umat manusia dan hakikat alam semesta, serta hakikat Tuhan. Epistemologi adalah dasar-dasar ilmu pengetahuan dan batas-batas ilmu pengetahuan. Aksiologi adalah dimensi yang berhubungan dengan manfaat atau kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan umat manusia. Baik ontologi, epistemologi maupun aksiologi merupakan tiga elemen yang tak terpisahkan dengan ilmu pengetahuan. Ketiganya merupakan pilar penyanggah terbentuknya konstruksi ilmu pengetahuan. Tanpa ketiganya (ontologi, epistemologi, aksiologi), satu disiplin ilmu bisa merosot menjadi rapuh manfaatnya dan lalu tidak relevan dengan kehidupan umat manusia. Filsafat ilmu pengetahuan memberikan perhatian yang saksama terhadap ontolologi, epistemologi dan aksiologi.

Dalam pengertiannya yang umum, filsafat ilmu pengetahuan berarti "teori pengetahuan" (Newall, 204). Pengertian ini berhubungan dengan realitas alam semesta dan berbagai pengalaman manusia dalam realitas hidup yang kompleks dan sekaligus konkret. Bagaimana pengalaman-pengalaman nyata itu kemudian dikonstruksi untuk membentuk bangunan ilmu pengetahuan. Pada titik ini, filsafat ilmu pengetahuan berperan penting mentransformasi pengalaman menjadi ilmu. Melalui filsafat ilmu pengetahuan maka proses untuk menjadikan pengalaman sebagai basis pembentukan ilmu pengetahuan menjadi dimungkinkan. Dengan filsafat ilmu pengetahuan setiap orang dituntun agar mampu memperlakukan berbagai pengalaman untuk kemudian diutuhkan menjadi teori ilmu.

Hal fundamental yang kemudian penting diajukan sebagai pertanyaan kritis ialah: Apa makna filsafat ilmu bagi pendidikan? Apakah pendidikan dapat bergerak maju ke depan melalui adanya pemahaman terhadap filsafat ilmu pengetahuan?

Pohon Ilmu Pengetahuan

Tak pelak lagi, hingga di masa depan, pendidikan masih akan terus berhubungan dengan "pohon" ilmu pengetahuan. Berbagai proses dalam dunia pendidikan akan terus bersentuhan dengan "pohon" ilmu pengetahuan. Bahkan, salah satu keberhasilan lembaga-lembaga pendidikan dalam keseluruhan proses pembelajaran ditentukan oleh besarnya kapasitas penguasaan terhadap "pohon" ilmu pengetahuan. Pendidikan malah identik dengan ilmu pengetahuan itu sendiri. Sehingga, penguasaan secara baik terhadap ilmu pengetahuan merupakan kata kunci bagi lembaga-lembaga pendidikan untuk maju dan berkembang serta diperhitungkan keberadaannya. Pada titik ini, ada kebutuhan terhadap filsafat ilmu pengetahuan. Sebab dengan filsafat ilmu pengetahuan maka berbagai disiplin ilmu diupayakan memiliki keutuhan atau keterpaduan aspek ontologi, epistemologi dan aksiologi. Dengan filsafat ilmu pengetahuan, setiap disiplin ilmu tidak diajarkan sebagai sesuatu yang compang-camping, tetapi diajarkan secara utuh karena terus-menerus mengupayakan adanya titik temu secara sinergis antara ontologi, epistemologi dan aksiologi.

Arti penting filsafat ilmu pengetahuan bagi pendidikan terkait pula dengan besarnya kebutuhan dewasa ini untuk mempersambungkan atau mempertemukan satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu yang lain. Persis sebagaimana dijelaskan Capra (1984) dan Zukav (2001), pada akhirnya setiap ilmu pengetahuan harus saling bertemu satu sama lain. Keniscayaan untuk memecahkan masalah-masalah mendasar dalam kehidupan umat manusia kini dan di masa depan, justru mengharuskan berbagai cabang ilmu pengetahuan agar eksistensinya dipertautkan oleh adanya titik temu. Persoalan-persoalan ekologi, teknologi, ekonomi, sosial dan budaya yang tengah dihadapi umat manusia kini berada dalam situasi yang sangat rumit dan kompleks. Penyelesaian terhadap persoalan-persoalan tersebut mengharuskan adanya kerja sama antar-berbagai disiplin ilmu, mengharuskan adanya solusi masalah secara interdisipliner. Di sinilah lalu sangat terasa pentingnya filsafat ilmu pengetahuan, agar supaya seluruh kehendak penyatuan ilmu dapat dilakukan secara saksama.

Dunia pendidikan, bagaimana pun, harus mengambil suatu peranan untuk turut serta memajukan masyarakat. Agenda-agenda sosio-kultural apa yang harus dilakukan masyarakat agar masyarakat maju dan berkembang, seyogyanya ditangkap oleh dunia pendidikan. Dunia pendidikan dituntut membantu memberikan penerangan kepada masyarakat bagaimana agar masyarakat mampu maju dan berkembang menghadapi tantangan zaman baru. Sementara, tantangan zaman baru itu ditandai oleh semakin menguatnya peran ilmu pengetahuan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Inilah yang dapat menjelaskan, mengapa knowledge based society dewasa ini berkembang menjadi fenomena yang menonjol dalam kehidupan masyarakat. Dan sejalan dengan fenomena tersebut maka ilmu pengetahuan tidak cukup lagi dimengerti secara parsial. Ilmu pengetahuan mutlak dimengerti secara utuh dari sisi ontologi, epistemologi dan aksiologi. Di sinilah lalu mendesak adanya pemahaman secara saksama terhadap filsafat ilmu pengetahuan. Bahkan, sudah saatnya filsafat ilmu pengetahuan mendapatkan perhatian secara sungguh-sungguh dari dunia pendidikan.

Makna filsafat ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan pada akhirnya bersinggungan dengan krisis yang terus-menerus dihadapi masyarakat. Dunia pendidikan harus tampil ke depan membantu masyarakat mengatasi berbagai macam krisis. Untuk keperluan itu, dunia pendidikan harus inspiratif, atau niscaya mampu mencetuskan gagasan-gagasan baru yang memang bermanfaat bagi masyarakat dalam hal membebaskan diri dari belenggu krisis. Pada titik ini dunia pendidikan dituntut memiliki kecanggihan dalam hal penguasaan terhadap ilmu pengetahuan, yaitu menguasaan ilmu pengetahuan hingga pada level ketuntasan ontologi, epistemologi dan aksiologi. Dan melalui pemahaman berdasarkan perspektif filsafat ilmu pengetahuan itulah maka setiap disiplin ilmu lebih mudah diteropong aspek ontologi, epistemologi dan aksiologinya.

Dataran Ontologi

Ontologi senantiasa berhubungan dengan hakikat suatu hal. Ontologi sangat mungkin mempersoalkan hakikat suatu hal. Apakah suatu hal yang dianggap ada merupakan hakikat atau malah ilusi yang bukan hakikat, ontologi menjawab persoalan tersebut. Salah satu contoh yang bisa dikemukakan adalah "cahaya bulan". Pertanyaan yang kemudian timbul: Apakah cahaya bulan memang sebuah hakikat dalam maknanya sebagai cahaya? Bukankah cahaya bulan memang ada dan dirasakan bahwa cahaya bulan memang ada? Ontologi berperan penting menjawab pertanyaan ini. Terutama ketika para penyair dan pujangga tak habis-habisnya menulis dan berkata "oh cahaya bulan, oh bulan yang bercahaya", dan seterusnya. Pertanyaan ontologisnya, benarkah cahaya bulan memang ada? Benarkah cahaya bulan eksis? Atau bagaimana?

Tilikan secara ontologis membawa kita pada kesimpulan, bahwa cahaya bulan itu sesungguhnya tidak ada. Sebab, bulan memang tidak bercahaya. Bulan hanya memantulkan cahaya matahari. Bulan sendiri tidak pernah memiliki cahaya dan takkan pernah memiliki cahaya seperti halnya matahari. Dengan kata lain, cahaya bulan itu sesungguhnya tidak eksis. Jika seseorang mengatakan bahwa bulan tak bercahaya dan karena itu tak memiliki cahaya, maka sesungguhnya orang tersebut mengatakan sesuatu yang benar secara ontologis. Meskipun demikian, orang tersebut bisa jadi dipandang oleh orang lain pada umumnya telah mengatakan sesuatu yang tidak logis tentang bulan. Bagi mereka yang tidak biasa berpikir ontologis, pernyataan tentang "bulan tak memiliki cahaya" dianggap sebagai pernyataan yang aneh. Hingga di sini tak berlebihan manakala disimpulkan, bahwa tidak setiap orang mampu berpikir secara ontologis. Buktinya, banyak orang yang percaya bahwa bulan bercahaya dan memiliki cahaya.

Contoh lain yang bisa dikemukakan di sini berkenaan dengan metode berpikir ontologis adalah hakikat "gelap". Pertanyaannya: Benarkah gelap itu ada? Apakah gelap itu eksis? Ataukah gelap itu hanyalah sesuatu yang ilusif, bukan sebuah hakikat? Bagi mereka yang tak biasa berpikir ontologis, gelap itu dianggap ada, dianggap eksis. Padahal, tilikan secara ontologis membawa kita kepada kesimpulan bahwa gelap sesungguhnya tidak ada dan tidak pernah ada. Logika umum membenarkan gelap sebagai kenyataan yang eksis oleh adanya malam. Dengan adanya malam, maka gelap dimengerti sebagai sesuatu yang hakiki. Malam dimengerti sebagai pembuktian yang paling spektakuler dari adanya gelap. Malam merupakan penamaan atau identifikasi terhadap adanya gelap.

Tetapi tilikan secara ontologis bermuara pada kesimpulan, bahwa gelap sesungguhnya tidak ada. Dan dengan demikian pula, malam bukanlah kenyataan yang hakiki. Gelap terjadi oleh adanya penghindaran terhadap cahaya terang matahari. Bagian-bagian tertentu Planet Bumi yang berputar untuk kemudian menghindar secara langsung dari pancaran cahaya matahari serta-merta berubah menjadi bagian dari Planet Bumi yang gelap (baca: malam). Tetapi matahari sendiri tidak pernah redup bercahaya, matahari terus bercahaya. Apa yang dimengerti sebagai "malam" tidak disebabkan oleh redupnya cahaya matahari. Mereka yang berkeyakinan bahwa malam terjadi akibat redupnya cahaya matahari adalah mereka yang sesunguhnya tidak paham suatu hakikat, tidak mampu berpikir dan berkesadaran ontologis.

Dengan contoh tersebut menjadi jelas pada akhirnya, ontologi membawa kita untuk sampai pada satu titik pemahaman "tentang ada". Ontologi membawa kita pada hakikat segala hal. Dalam berbagai literatur filsafat, ontologi juga disebut sebagai bagian penting dari metafisika. Disamping berhubungan dengan hakikat segala hal, ontologi menyinggung saling hubungan antara berbagai hal yang ada, seperti hubungan antara matahari dan bulan sehingga bulan tampak dari bumi memiliki cahaya dan bercahaya. Bagaimana hubungan tersebut terjadi dan apa hakikat dari hubungan tersebut merupakan fokus pembicaraan dalam lingkup ontologi.

Selain alam makrokosmos yang menjadi perhatian ontologi, alam mikrokosmos juga masuk ke dalam cakupan ontologi. Kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya adalah elemen penting dari alam mikrokosmos. Dari sini lalu muncul pertanyaan-pertanyaan yang bersifat ontologis, seperti "apa hakikat manusia, dari mana dan akan kemana manusia?" Juga pertanyaan, "apakah manusia dari jiwa yang satu, dan mengapa manusia berasal dari jiwa yang satu?" Dan banyak pertanyaan lain yang bersifat fundamental. Dari sini pula dalam ontologi muncul beberapa istilah yang mewarnai berlangsungnya pencarian terhadap segenap hakikat. Istilah-istilah tersebut, misalnya, bersifat dikotomis, seperti: universalitas-partikularitas, esensi-eksistensi, determinasi-kebebasan, substansial-aksidental, abstrak-konkret, dan sebagainya.

Hal fundamental yang bisa dimengerti dari ontologi ialah adanya kemampuan berpikir analitis. Berpikir secara ontologis sama dan sebangun maknanya dengan berpikir analitis. Berpikir secara ontologis meniscayakan adanya kemampuan berpikir kategoris, agar bisa menangkap segala hal ihwal secara hakiki, serta hubungan antar-berbagai fenomena yang juga bersifat hakiki. Berpikir ontologis meniscayakan setiap orang menukikkan kesadaran untuk sampai kepada segala sesuatu yang hakiki. Sehingga karena itu, segala hal yang ada dimengerti sebagai entitas. Benda-benda langit dan benda-benda bumi masing-masing dipahami sebagai entitas. Binatang, tumbuhan dan mahluk hidup lainnya masing-masing dimengerti sebagai entitas. Bahkan, kesadaran manusia tentang suatu hal pun dimengerti sebagai sebuah entitas. Pentingnya berpikir kategoris dalam ontologi justru untuk mengatasi segenap kerumitan yang terhampar pada kehidupan di alam semesta. Analisis terhadap kenyataan dan terhadap segenap yang ada di alam semesta harus mampu melahirkan klasifikasi dan taksonomi. Berpikir secara ontologis, dengan sendirinya berarti berpikir berdasarkan pola yang menarik.

Berdasarkan kedudukannya yang sedemikian rupa itu, maka ontologi acapkali dimengerti sebagai "kekhususan dari konseptualisasi". Sehingga, ontologi merupakan cabang dari filsafat yang mengemban tugas melahirkan seperangkat konsep tentang definisi-definisi berkenaan dengan suatu hal (Gruber, 1992). Dengan konseptualisasi berarti, pengalaman dan kenyataan diabstraksikan sedemikian rupa ke dalam kategori ilmu pengetahuan. Setiap pengalaman dan kenyataan lalu menjadi bermakna, sebab kemudian tersusun menjadi klasifikasi, relasi dan fungsi sebagaimana lazimnya dikenal dalam ilmu pengetahuan. Berpikir ontologis, dengan demikian berarti, berpikir ke arah lahirnya teori-teori baru melalui keterlibatan aktif subyek yang berpikir ontologis. Itulah mengapa, berpikir secara ontologis merupakan dimensi yang sangat penting dalam konteks memajukan secara lebih lanjut ilmu pengetahuan di tengah kancah kehidupan masyarakat.

Apa yang kemudian penting dicatat lebih lanjut adalah ini. Tatkala seseorang berpikir secara ontologis, maka sesungguhnya seketika itu pula orang tersebut meletakkan sebuah harapan untuk mampu mendayagunakan ilmu pengetahuan bagi tegaknya kebajikan. Terlebih dahulu, berbagai kenyataan dan pengalaman disadari berfungsi sebagai elemen dasar yang dapat diarahkan untuk menciptakan ilmu pengetahuan. Setelah itu, ilmu pengetahuan didayagunakan untuk mendorong lahirnya kebajikan. Penggunaan kembali ilmu pengetahuan atau pendayagunaan secara maksimal ilmu pengetahuan dengan tujuan agar tidak terjadi kemandegan dalam kehidupan masyarakat, sesungguhnya dapat dilakukan melalui penguatan pola pikir ontologis atau melalui kesadaran ontologis. Inilah yang kemudian ditengarai sebagai "komitmen ontologis pengembangan dan penguatan ilmu pengetahuan" (Gruber, 1992) yang ditandai oleh lahirnya teori-teori baru ilmu pengetahuan.

Penguatan Epistemologi

Penyebutan tentang filsafat ilmu pengetahuan sebagai teori pengetahuan sangat terasakan tatkala pembahasan difokuskan pada epistemologi. Sehingga, tak berlebihan munculnya berbagai kesimpulan, bahwa epistemologi merupakan teori pengetahuan itu sendiri (Flew, 1979: 109-110). Asal-usul ilmu pengetahuan, watak dasar ilmu pengetahuan, batas-batas ilmu pengetahuan dan klaim kebenaran ilmu pengetahuan merupakan bidang pembahasan epistemologi. Apa yang membedakan secara keseluruhan satu disiplin ilmu dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain, merupakan aspek yang tercakup dalam epistemologi. Begitu juga halnya dengan prospek unifikasi atau penyatuan berbagai disiplin ilmu, menjadi salah satu perhatian epistemologi. Turunan dan atau cabang-cabang ilmu pengetahuan merupakan dimensi yang masuk ke dalam cakupan epistemologi. Hubungan antara manusia dan ilmu pengetahuan juga masuk ke dalam wilayah epistemologi. Pendek kata, epistemologi berbicara tentang sosok ilmu pengetahuan dalam formatnya sebagai sebuah disiplin ilmu yang harus dijaga keotentikannya. Secara demikian pula, kelemahan dan kerapuhan sebuah teori dalam satu disiplin ilmu merupakan dimensi yang tak dapat dilepaskan dari sorotan tajam epistemologi.

Dengan epistemologi, maka sesungguhnya ilmu pengetahuan dirawat keberadannya berdasarkan dua prinsip pokok. Pada satu sisi, ilmu pengetahuan dirawat keberadaannya oleh kejelasan watak dan batas-batas demarkasi disiplin ilmu. Sehingga, satu disiplin ilmu benar-benar tampil sebagai "sosok" yang berbeda secara clear and distinct dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain. Pada lain sisi, dapat ditentukan batas-batas penguasaan manusia terhadap ilmu pengetahuan. Kompetensi dan kecanggihan manusia dalam hubungannya dengan penguasaan satu disiplin ilmu lalu tak dapat dilepaskan dari peran fundamental epistemologi. Ketika pemahaman terhadap dua prinsip pokok itu berada dalam taraf yang matang, maka metodologi-metodologi yang sangat penting bagi praksis penelitian lebih mudah perumusannya. Kesulitan menentukan metode-metode penelitian sesungguhnya merupakan konsekuensi logis dari kegagapan dan kegagalan mengusai epistemologi. Penguasaan terhadap epistemologi merupakan kata kunci untuk memajukan penelitian.

Sesuatu yang kemudin penting dikemukakan adalah ini. Kemampuan manusia merawat ilmu pengetahuan ditentukan oleh kondisi mental manusia. Itu karena, berbagai macam ilmu pengetahuan dapat dikuasai oleh manusia, yaitu sejauh ilmu pengetahuan memang dikondisikan mampu bersemayan dalam kesadaran manusia (Truncellito, 2007). Tentu saja, ilmu pengetahuan tidak dengan sendirinya bersemayam dalam kesadaran manusia. Justru, manusia sendirilah yang sengaja berupaya memasukkan ilmu pengetahuan agar sepenuhnya "bertahta" dalam benak kesadarannya. Ilmu pengetahuan lalu menjadi aspek spesifik dalam tatanan mental manusia. Ilmu pengetahuan diundang agar sepenuhnya "bertahta" di "kerajaan" mental manusia. Pada titik ini, epistemologi berperan membentuk keyakinan rasional dalam struktur kesadaran manusia ihwal pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan.

Rendahnya penguasaan seseorang terhadap ilmu pengetahuan bukan terutama disebabkan ketiadaan ilmu pengetahuan. Tak dapat dibantah, ilmu pengetahuan justru hadir secara omnipresent, hadir di mana pun dan kapan pun, terlebih lagi pada era revolusi informasi dan pada kurun waktu terjadinya ledakan telekomunikasi dewasa ini. Tetapi memang, ilmu pengetahuan tidak serta-merta bersemayam dalam benak kesadaran manusia. Ada prasyarat pokok agar ilmu pengetahuan benar-benar bersemayam dalam kesadaran manusia. Prasyarat pokok dimaksud adalah keyakinan rasional manusia akan pentingnya menguasai ilmu pengetahuan. Bagaimana mungkin ilmu pengetahuan bisa dikuasai secara sempurna oleh keterbukaan mental manusia jika sang manusia sendiri kosong dari keyakinan rasional akan makna ilmu pengetahuan? Secara demikian, epistemologi mendorong terciptanya keyakinan rasional dalam diri manusia berkenaan dengan kebermaknaan ilmu pengetahuan. Epistemologi menyentak kesadaran manusia, betapa bermaknanya ilmu pengetahuan.

Keyakinan rasional yang dimaksudkan dalam penjelasan di atas berkaitan erat dengan kebenaran. Sejauh ilmu pengetahuan mengandung kebenaran atau mengusung kebenaran, atau berpihak kepada kebenaran, maka sejauh itu pula mudah membentuk keyakinan rasional dalam kesadaran manusia berkenaan dengan pentingnya ilmu pengetahuan. Bukankah hakikat hidup manusia memang mencari kebenaran, meraih kebenaran dan kemudian berdamai dengan kebenaran? Dalam konteks ilmu pengetahuan, menjaga dan merawat kebenaran urgen dilakukan justru agar kebenaran tak tergerus oleh kepalsuan. Dengan epistemologi, ilmu pengetahuan berdiri tegak sebagai avant garde demi menjaga dan merawat kebenaran. Walau manusia takkan mampu menggapai kebenaran absolut, epistemologi membentuk keyakinan rasional bahwa kebenaran itu ada, yaitu kebenaran ilmu pengetahuan yang mempu mengkonfirmasikan kebenaran partikular dengan kebenaran universal.

Dimensi lain dari epistemologi adalah terciptanya keniscayaan agar ilmu pengetahuan mampu melakukan pembuktian terhadap segala sesuatu yang diklaim sebagai kebenaran. Ditilik dari sudut pandang filosofis, manusia adalah mahluk yang tak dapat mengelak dari kesalahan dan kekeliruan yang berlangsung secara terus-menerus. Manusia tak sepenuhnya mampu mengelak dari situasi fallibility (Truncellito, 2007). Sehingga lantaran itu muncul serangkaian fiksi di seputar superman dan atau superhero, agar manusia masih punya harapan di tengah keberadaan dirinya dalam fallibility. Dalam konteks epistemologi ada sesuatu yang menarik. Demi mengatasi fallibility itu, epistemologi meniscayakan adanya pembuktian terhadap klaim kebenaran ilmu pengetahuan. Dengan pembuktian kebenaran tersebut maka ilmu pengetahuan masih mencetuskan optimisme terhadap diri manusia untuk melakukan penerimaan secara logis bahwa kebenaran memang masih ada.

Dalam realitas hidup yang konkret, manusia cenderung untuk memilih kebenaran dan menolak kesalahan. Terlepas dari kebenaran yang dalam derajat tertentu nisbi—karena memang manusia takkan mampu mencapai kebenaran absolut—kecenderungan manusia untuk memilih kebenaran sangatlah besar. Pada umumnya, manusia lebih berpihak pada posibilitas kebenaran dan menolak probabilitas kesalahan. Itu karena, pada dasarnya manusia memang mahluk yang menjunjung tinggi kebenaran. Persis sebagaimana dijelaskan Victor Hugo dalam karya besarnya yang terbit pertama kali pada 1862 berjudul Les Misérables (Hugo, 2003), sistem sosial-politiklah yang mendorong seorang manusia memilih kesalahan, meskipun kecenderungan yang bergemuruh dalam hati nurani terdalamnya justru memilih kebenaran. Apa yang bisa disimpulkan dengan demikian, konstruksi mentalitas justru mengharuskan manusia untuk berpihak kepada kebenaran dan menghindar atau mengelakkan diri dari kesalahan. Inilah yang kemudian dikenal sebagai internalism (Truncellito, 2007).

Begitu juga saat berhadapan dengan ilmu pengetahuan, manusia cenderung memilih kebenaran dan menolak kesalahan. Persoalannya kemudian, apakah manusia serta-merta mampu menelisik bahwa setiap disiplin ilmu sepenuhnya berisikan kebenaran dan terhindar dari kesalahan? Atas jaminan apa manusia yakin dan percaya bahwa setiap disiplin ilmu mengklaim sedang mengusung kebenaran serta bersih dari kesalahan? Pertanyaan kritrikal ini hanya bisa dijawab melalui upaya pembuktian kebenaran. Dalam hal ini, ilmu pengetahuan harus diteropong secara kritis keberadaannya melalui menyelidikan berdasarkan perspektif epistemologis. Melalui pembuktian terhadap segenap asumsi dan teori dalam satu disiplin ilmu, maka epistemologi melakukan evaluasi secara kritis terhadap keberadaan ilmu pengetahuan. Bagaimana penyelidikan secara epistemologis dilakukan demi menguak kebenaran dan atau kesalahan yang termaktub dalam ilmu pengetahuan?

Jawaban terhadap pertanyan tersebut kembali pada aspek pembuktian kebenaran ilmu pengetahuan. Pertama, pembuktian kebenaran tersebut berpijak pada prinsip foundationalism (Truncellito, 2007). Dalam prinsip ini, terdapat kebenaran dasar dan kebenaran non-dasar. Kebenaran dasar diperoleh dengan menyelidiki relevansi seluruh bangunan disiplin ilmu. Sementara, kebenaran non-dasar diperoleh dengan menyelidiki ke-masuk-akalan proposisi, asumsi dan teori suatu disiplin ilmu manakala ditelisik dari luar lingkup disiplin ilmu tersebut. Kedua, pembuktian kebenaran ilmu pengetahuan didasarkan pada penyelidikan yang diarahkan untuk membedah hakikat satu disiplin ilmu, apakah terdapat koherensi atau tidak terjadi kekacauan makna proposisi, asumsi dan teori. Ibarat memasuki sebuah rumah, penyelidikan diarahkan untuk menelisik ke-masuk-akalan segala sesuatu yang ada dalam rumah tersebut. Dengan sendirinya, ilmu pengetahuan tidak diterima secara serta-merta, tidak diterima scara taken for granted. Ilmu pengetahuan diterima secara kritis. Ilmu pengetahuan diterima dengan sejumlah catatan.

Melalui epistemologi kita sesungguhnya belajar untuk memberikan pengakuan secara proporsional terhadap kebajikan intelektual. Ilmu pengetahuan dimengerti sebagai wilayah di mana intelektualitas bersemayam menyuarakan keyakinan rasional yang kemudian mendorong lahirnya kebenaran ilmiah melalui serangkaian proses pembuktian (Klein, 2005). Penghormatan terhadap ilmu pengetahuan didorong oleh menguatnya kebajikan intelektual, yaitu kebajikan yang berpijak pada kesadaran untuk melakukan penyempurnaan ilmu pengetahuan secara terus-menerus agar ilmu pengetahuan sungguh-sungguh membawa serta kebenaran.

Kewibawaan Aksiologi

Dalam pengertiannya yang sederhana, aksiologi merupakan studi yang secara khusus memfokuskan perhatian kepada nilai-nilai, terutama nilai-nilai dalam kaitannya dengan etika, agama dan estetika (Flew, 1979: 34). Bagaimana ilmu pengetahuan diimplementasikan atau dipraktikkan dalam kehidupan nyata tanpa harus bertentangan dengan nilai-nilai, merupakan persoalan yang terus-menerus disorot oleh aksiologi. Sebagaimana diketahui, setiap disiplin ilmu dituntut terbuka dan fleksibel untuk dapat diimplementasikan dalam kehidupan umat manusia. Tingkat relevansi dan level kebermaknaan setiap disiplin ilmu justru ditakar berdasarkan keterbukaannya dan atau fleksibilitasnya untuk dapat dipraktikkan dalam kehidupan yang konkret. Jika sebuah disiplin ilmu tidak dapat diimplementasikan dalam kehidupan umat manusia demi mencapai kebaikan dan kebajikan, maka disiplin ilmu tersebut tidak bermanfaat. Disiplin ilmu tersebut kehilangan salah satu pilarnya yang sangat penting, yaitu aksiologi.

Dengan aksiologi pula maka sesungguhnya terbentang “jembatan penghubung” antara teori dan praktik dalam jagad ilmu pengetahuan. Baik teori maupun praktik tidak lagi berdiri sendiri, menyendiri secara eksklusif. Teori dan praktik justru saling berjalin kelindan satu sama lain. Adanya teori justru karena didukung oleh adanya ruang-waktu untuk melakukan praktik. Dan adanya praktik dimungkinkan oleh tersedianya dasar-dasar teoritik—yang berkedudukan sebagai pemberi landasan pijak implementasi sebuah disiplin ilmu. Aksiologi, dengan demikian, mengatasi problema besar dikotomi antara teori dan praktik. Aksiologi selalu mencari arah dan jalan untuk menyatu-padukan teori dan praktik. Aksiologi tidak membiarkan teori kesepian sendiri meringkuk dalam remang sunyi yang terisolasi dari praktik. Keduanya—teori dan praktik—justru saling dipertemukan oleh aksiologi, saling disenyawakan oleh aksiologi, saling dipersatukan oleh aksiologi.

Sungguh pun demikian, konteks perjumpaan antara teori dan praktik itu mengambil titik tolak dari nilai-nilai. Dorongan besar aksiologi agar setiap disiplin ilmu relevan dipraktikkan dalam kehidupan nyata umat manusia, justru karena adanya keyakinan rasional bahwa implementasi ilmu pengetahuan membawa kebaikan atau mencetuskan konsekuensi positif berupa kebajikan. Jika praktik sebuah disiplin ilmu hanya melahirkan kesengsaraan dan penderitaan terhadap umat manusia dalam kehidupannya, maka aksiologi sesungguhnya tidak mungkin disebut ada. Aksiologi justru mustahil adanya manakala praktik sebuah disiplin ilmu hanya melahirkan keburukan dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, apa yang oleh masyarakat Banyuwangi di Jawa Timur disebut sebagai “ilmu santet” merupakan contoh soal di mana aksiologi tidak mungkin bekerja sebagaimana mestinya. Itu karena, keberpihakan terhadap nilai-nilai memang tak memungkinkan aksiologi membenarkan adanya ilmu santet. Ilmu santet berada dalam kategori black magic yang implementasinya atau praksisnya justru menyengsarakan umat manusia. Korban atau obyek sasaran justru harus bertaruh nyawa saat berhadapan dengan praksis ilmu santet. Maka, etika, agama dan estetika menjadi landasan pijak bagi terwujudnya kebajikan dalam keseluruhan efektivitas operasional aksiologi.

Bisa dimengerti pada akhirnya, mengapa aksiologi senantiasa diberi pengertian umum sebagai “teori filosofis tentang nilai”, yaitu studi terhadap watak dasar nilai-nilai dan atau pertimbangan dan argumen-argumen filosofis berkenaan dengan nilai-nilai. Melalui aksiologi, dunia filsafat melakukan apa yang disebut “investigasi secara rasional terhadap saling hubungan antara ilmu pengetahuan dan eksistensi manusia berdasarkan sudut pandang etis.” Aksiologi menelisik, sejauhmana hubungan antara ilmu pegetahuan dan eksistensi manusia tak memporak-porandakan tatanan etis. Terutama ketika kehidupan sosial, ekonomi dan politik sedemikian rupa berada dalam pusaran kompleksitas sehingga berkembang menjadi obyek dari berbagai kecamuk kepentingan, maka aksiologi berperan penting sebagai kerangka studi terhadap makna kebaikan dalam kehidupan manusia. Aksiologi mengusung tugas-tugas evaluatif terhadap opsi rasional maupun opsi irasional manusia dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik.

Kita tahu bahwa pada abad XXI kini ilmu pengetahuan tampil sebagai faktor determinan terjadinya perubahan-perubahan besar dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik. Ilmu pengetahuan juga semakin determinatif menentukan arah kemajuan teknologi. Ilmu pengetahuan menjadi sumber bagi totalitas kemajuan umat manusia pada kurun waktu mutakhir. Pokok soalnya kemudian, jika rekayasa sosial-ekonomi-politik dan lompatan kemajuan teknologi tidak membawa kebaikan bagi hayat manusia, maka ilmu pengetahuan digugat sebagai pihak yang turut serta menciptakan realitas buruk dehumanisasi. Pokok soal ini mengingatkan kita kembali pada ambigu ilmu pengetahuan serupa pisau bermata dua. Mengingat ilmu pengetahuan tidak bebas nilai, maka dalam praksisnya ilmu pengetahuan bisa dimanfaatkan untuk menciptakan kebaikan atau untuk melahirkan kejahatan. Aksiologi meniscayakan kita untuk sepenuhnya kritis menyimak manfaat ilmu pengetahuan secara etis dalam kehidupan.

Pembicaraan tentang filsafat ilmu pengetahuan dalam konteks aksiologi tak dapat dilepaskan dari tinjauan kritis terhadap berbagai ketidakberesan dalam kehidupan manusia. Sebagaimana diketahui, ketidakberesan dalam kehidupan umat manusia itu bersangkut paut dengan persoalan-persoalan ekologi, teknologi, ekonomi, sosial dan budaya. Di sini ada persoalan kegunaan atau kemanfaatan ilmu pengetahuan. Ketidakberesan dalam kehidupan umat manusia merupakan pertanda adanya situasi tertentu berkenaan dengan tumpulnya ilmu pengetahuan, yaitu saat ilmu pengetahuan gagal dan tidak berdaya memenuhi harapan agar mampu mencerahkan, mencerdaskan dan memajukan masyarakat. Mengapa ilmu pengetahuan tampak mencolok gagal memajukan masyarakat dan apa sebab-sebab yang melatarbelakanginya merupakan persoalan yang sesungguhnya bermuara pada aksiologi. Pada derajat tertentu, krisis ilmu pengetahuan berada dalam wilayah persoalan aksiologi. Ada kemungkinan, ilmu pengetahuan terus berkembang dan bahkan mengalami kemajuan. Tetapi krisis ilmu pengetahuan justru tak memungkinkan ilmu pengetahuan digdaya tampil ke depan untuk turut serta terlibat mengatasi ketidakberesan dalam kehidupan masyarakat. Kajian filsafat ilmu pengetahuan dengan mengambil kekhususan aksiologi sebagai titik tolak analisisnya adalah melihat kontribusi ilmu pengetahuan untuk memajukan masyarakat pada satu sisi, serta pada lain sisi menyibak ketumpulan ilmu pengetahuan mengatasi berbagai ketidakberesan dalam kehidupan masyarakat.

Dengan menjadikan situasi dan kondisi masyarakat sebagai titik tolak untuk menelisik kegunaan ilmu pengetahuan, maka tak terelakkan jika kemudian muncul sejumlah gugatan terhadap keberadaan ilmu pengetahuan. Apa arti ilmu pengetahuan manakala masyarakat terus dilanda keterpurukan dalam berbagai segi kehidupan sesungguhnya merupakan pertanyaan yang sebagian terbesarnya justru berada dalam spektrum telaah aksiologi. Gugatan terhadap keberadaan ilmu pengetahuan itu sama dan sebangun maknanya dengan timbulnya penyelidikan-penyelidikan terhadap kebaikan yang dihasilkan oleh keseluruhan dialektika pemanfaatan ilmu pengetahuan. Asumsi pokoknya adalah ini: ilmu pengetahuan bagian dari kebajikan dan dengan ilmu pengetahuan manusia menciptakan kebajikan. Maka, timbulnya aneka keburukan dalam kehidupan umat manusia niscaya untuk dengan segera mengusung gugatan terhadap keberadaan ilmu pengetahuan. Arti gugatan terhadap ilmu pengetahuan didasarkan kepada tujuan untuk menjadikan ilmu pengetahuan sebagai sumber terciptanya kebajikan. Pada titik ini kita diperhadapkan pada pentingnya aksiologi.

Gugatan terhadap keberadaan ilmu pengetahuan yang sedemikian rupa itu membawa kita untuk memasuki isu pokok aksiologi. Dalam berbagai pembahasan terhadap aksiologi senantiasa dikemukakan nilai instrinsik dan nilai instrumental kebaikan oleh adanya kegunaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan. Terus-menerus dipertanyakan apa dan bagaimana kebaikan serta bagaimana hubungan antara satu kebaikan dengan kebaikan lain. Di sini lalu muncul perbedaan paradigma antara nilai instrinsik dan nilai instrumental. Dengan nilai instriksik berarti kebaikan dimengerti sebagai sesuatu yang tak perlu dipertanyakan lagi maknanya bagi kehidupan manusia. Sementara pada nilai instrumental, kebaikan dimengerti sebagai prasyarat untuk meraih kebaikan lain yang lebih fundamental. Contoh tentang hal ini adalah arti kebaikan uang sebagai alat pembayaran dan arti kebaikan beras sebagai komoditas pangan. Baik uang maupun beras sama-sama mengandung kebaikan. Tetapi uang hanya menjadi nilai instrumental tatkala dalam satu ruang waktu ada kebutuhan yang besar terhadap komoditas beras. Uang justru harus digunakan untuk membeli atau mendapatkan beras. Tak pelak lagi, beras lalu berada dalam kedudukan lebih fundamental dibandingkan uang. Derajat kebaikan beras bagi kehidupan umat manusia melampaui arti penting uang.

Dengan contoh tersebut menjadi jelas pada akhirnya, bahwa kebaikan berada dalam satu kategori tatkala berhubungan dengan kebaikan lain. Kebaikan tidak bersifat tunggal dan homogen, tetapi jamak dan heterogen. Hubungan antara satu kebaikan dengan kebaikan lain dalam kehidupan umat manusia membentuk kategori yang spesifik, sehingga muncul nilai instrinsik dan nilai instrumental. Aksiologi lalu mengajarkan bahwa tidak mungkin kebaikan diterima secara serta-merta, tidak mungkin kebaikan diterima secara taken for granted tanpa terlebih dahulu melakukan kategorisasi. Dengan demikian berarti, aksiologi mendorong timbulnya pandangan kritis terhadap hakikat kebaikan. Pada satu sisi, mutlak bagi ilmu pengetahuan untuk melahirkan kebaikan. Tapi pada lain sisi, kebaikan-kebaikan yang dicetuskan oleh ilmu pengetahuan masih harus dikategorisasi derajat, makna dan hakikat kebaikannya. Kebaikan dalam hubungannya dengan kebaikan lain oleh aksiologi lalu sedemikian rupa dibawa masuk ke dalam sebuah distingsi atau perbedaan-perbedaan. Dengan berpikir berdasarkan kerangka aksiologis, kita sesungguhnya dilatih untuk canggih menyusun kategori dan distingsi antara satu kebaikan dengan kebaikan lain.

Sampai kapan pun, analisis terhadap kebaikan senantiasa dibutuhkan agar manusia dapat memaknai kehidupannya. Sejalan dengan perkembangan masyarakat hingga pada tahapan yang sangat kompleks, kebaikan-kebaikan pun menjadi beraneka ragam. Muncul definisi-definisi baru kebaikan, sebuah definisi yang mungkin belum pernah ada sebelumnya. Bahkan, masa depan peradaban umat manusia bakal semakin diwarnai oleh hadirnya kebaikan yang beraneka rupa. Diperhadapkan pada kenyataan tersebut, sangat mungkin jika satu kebaikan lantas bertumpang tindih dengan kebaikan lain. Respons secara manusiawi terhadap kehidupan yang super kompleks lalu meniscayakan adanya gradasi atau derajat kebaikan berdasarkan distingsi dan kategori. Kecanggihan membuat distingsi dan kategori terhadap kebaikan itu merupakan aspek yang tak terpisahkan dari aksiologi.

Tentu saja, dengan adanya perbedaan antara nilai instrinsik dan nilai instrumental tidak berarti watak satu kebaikan bersifat absolut dibandingkan dengan kebaikan lain. Jika dalam satu ruang waktu tertentu satu kebaikan masuk dalam kategori nilai instrinsik, pada ruang waktu yang lain masuk dalam kategori nilai instrumental. Analisis terhadap kebaikan lalu sama kompleksnya dengan analisis terhadap kehidupan itu sendiri. Di sini lalu terasa adanya kewibaan aksiologi. Sebab dengan aksiologi, berbagai macam kebaikan dinalisis secara terus-menerus, mana yang masuk dalam kategori nilai instrinsik dan mana yang masuk dalam kategori nilai instrumental.

Epilog: Revolusi Pendidikan

Seluruh pembahasan yang dikemukakan di atas berkenaan dengan ontologi, epistemologi dan aksiologi membawa pesan yang sangat jelas bagi keniscayaan terjadinya revolusi pendidikan. Dengan revolusi pendidikan berarti, keberhasilan pendidikan tegas dikait-hubungkan dengan kemajuan masyarakat. Pendidikan tidak teralienasi dari hayat masyarakat. Pendidikan menjadi inspirator agung bagi terciptanya progresivitas dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan benar-benar berkedudukan sebagai basis menuju terbentuknya knowledge based society. Di sini, sebuah aksioma tiba-tiba mengemuka. Bahwa agar mampu mencapai kemajuan serta berhasil memajukan masyarakat, maka proses-proses pendidikan sejatinya mengadopsi substansi pokok yang termaktub dalam ontologi, epistemologi dan aksiologi.

Hal mendasar yang bisa diadopsi oleh dunia pendidikan berkenaan dengan ontologi antara lain terkait dengan besarnya kebutuhan untuk melakukan unifikasi atau penyatuan berbagai disiplin ilmu. Apa yang disebut sebagai "realitas sub-atomik" justru mendesak untuk diunifikasi agar tercipta situasi "kebenaran dalam keseluruhan", persis sebagaimana dinubuahkan oleh filosof GWF Hegel. Upaya mengatasi realitas sub-atomik itu sejalan dengan pandangan yang dikemukakan filosof Martin Heidegger, bahwa manusia hadir di dunia ini menjadi bagian dari sejarah melalui perumusan pertanyaan-pertanyaan ontologis yang bersifat fundamental. Kebutuhan dunia pendidikan untuk mengembangkan berbagai pendekatan keilmuan secara interdisipliner lebih besar peluangnya untuk diwujudkan dengan berpijak pada ontologi. Sementara tak dapat dielakkan, pendekatan interdisipliner kini merupakan pilihan strategis yang relevan dikembangkan dalam keseluruhan proses pembelajaran di dunia pendidikan. Kehebatan institusi-institusi pendidikan mengembangkan proses pembelajaran tak dapat mengelak dari pendekatan interdisipliner yang justru dapat dihela melalui ontologi.

Dari pembahasan epistemologi yang dikemukakan di atas, hal fundamental yang dapat diadopsi oleh dunia pendidikan berkaitan erat dengan metodologi penguasaan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang diwarnai oleh berbagai macam abstraksi, asumsi, proposisi dan puspa ragam teori itu membutuhkan metodologi penguasaan secara tepat. Epistemologi lalu berperan strategis untuk turut serta memajukan proses-proses pembelajaran di dunia pendidikan. Itu karena, dalam epistemologi terkondisikan adanya keyakinan rasional untuk dapat menggapai kebenaran. Sementara kebenaran mendapatkan pengakuan oleh adanya pembuktian. Pola kerja epistemologi bermula dari adanya keyakinan rasional untuk melahirkan kebenaran ilmu pengetahuan melalui serangkaian pembuktian. Dalam hal ini, kebenaran dan pembuktian merupakan dua kondisi independen terhadap keyakinan rasional (Truncellito, 2007). Jika pola ini berjalan efektif dalam proses pembelajaran, maka tak berlebihan manakala dikatakan bahwa institusi pendidikan telah tampil ke depan mengawal lahirnya teori-teori baru. Revolusi pendidikan benar-benar menemukan aksentuasinya, lantaran institusi pendidikan berani menghilangkan tabu-tabu menuju lahirnya teori-teori baru. Segenap sivitas akademika dalam sebuah institusi pendidikan lalu terkondisikan untuk melakukan kerja-kerja kolektif ke arah lahirnya teori-teori baru.

Dalam konteks aksiologi, dunia pendidikan berada dalam satu titik menentukan untuk mengedepankan dan menjunjung tinggi etika. Pendidikan pun menjadi bagian yang tak terpisahkan dari upaya-upaya penyelidikan secara menyeluruh terhadap puspa ragam kebaikan. Isu pendidikan karakter, misalnya, tidak bisa mengelak dari aksiologi sebagaimana dibahas secar luas dalam filsafat ilmu pengetahuan. Sejauhmana penguasaan ilmu pengetahuan sekaligus digdaya memajukan pendidikan melalui character building, semuanya tak bisa dilepaskan dari aksiologi. Kegagalan pelaksanaan pendidikan karakter sesungguhnya dapat ditelusuri pada kelemahan institusi-institusi pendidikan memahami hakikat aksiologi dalam ranah filsafat ilmu pengetahuan.

Pada akhirnya, jelaslah sudah makna filsafat ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan. Obsesi besar dunia pendidikan untuk menggapai kemajuan dan keunggulan proses pembelajaran, pada galibnya tak dapat dipisahkan dari filsafat ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu pengetahuan mampu mengawal dunia pendidikan untuk seksama menyimak pohon ilmu pengetahuan dari segenap aspek dan dimensinya. Filsafat ilmu pengetahuan meniscayakan dunia pendidikan untuk tidak compang-camping saat harus melakukan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan.[]

Capra, Fritjof (1984). The Tao of Physics. New York: Bantam Book.

Flew, Anthony (1979). A Dictionary of Philosophy. New York: Gramercy Books.

Gruber, Tom (1992). What is an Ontology? Dalam http://www-ksl.stanford.edu/​kst/what-is-an-ontology.html.

Hugo, Victor (2003). Les Misérables. New York: Barnes & Noble Classics. Edisi perdana buku ini terbit pada tahun 1862.

Klein, Peter D. (2005). Epistemology. Dalam http://www.rep.routledge.com/​article/P059

Newall, Paul (2004). Philosophy of Science. Dalam http:/www.galilean-library.org/site/​index.php/page/index.html/_/​essays/introducingphilosophy/​6-philosophy-of-science-r23.

Truncellito, David A. (2007). Epistemology. Dalam http://www.iep.utm.edu/​epistemo/.

Zukav, Gary (2001). The Dancing Wuli Master: An Over View of New Physics. New York: HarperCollins.

  • 17761 dibaca

Tulis komentar baru

  • Masuk menggunakan OpenID
  • Cancel OpenID login
  • Buat akun baru
  • Permintaan kata sandi baru

Informasi Penulis

Tidak tersambung. Terakhir tersambung 3 tahun 50 minggu lalu.

Kontribusi Penulis

Karya sastra.

  • Drama : 10 november
  • Drama : TEATER TITIK
  • Puisi : sangkar merpati
  • Puisi : aku..
  • Puisi : Bersimpah darah merah
  • Puisi : Dari Kucingnya Sutardji
  • Puisi : disabilitas
  • Puisi : dream of power
  • Puisi : elektrik
  • Puisi : hidup dalam keterbatasan

Materi Lainnya

  • Berita : FAM Indonesia Gelar...
  • Bookmark : Forum Sastra Ilusi
  • Bookmark : Karya Tulis Sang...
  • Wawasan : Filsafat Ilmu...
  • Wawasan : kembalikan sastra...

Rekomendasi Bacaan

Tulisan terkait.

  • Karya... : elektrik alfansuri , Minggu, 29/01/2012 - 21:45
  • Karya... : Masih Bersama Elegi alfansuri , Rabu, 02/10/2013 - 14:37
  • Karya... : pemulung syair alfansuri , Jumat, 11/11/2011 - 22:19
  • Karya... : permohonan ku alfansuri , Selasa, 24/01/2012 - 23:42
  • Bookmark : Forum Sastra Ilusi alfansuri , Sabtu, 30/06/2012 - 15:37
  • Karya... : Melodi Kehidupan alfansuri , Senin, 02/04/2012 - 17:17
  • Karya... : Mengeja Bulan alfansuri , Selasa, 24/01/2012 - 17:00
  • Karya... : 10 november alfansuri , Senin, 05/03/2012 - 19:34
  • Wawasan : kembalikan sastra... alfansuri , Senin, 23/01/2012 - 22:08
  • Karya... : hujan air hujan alfansuri , Rabu, 15/02/2012 - 20:54
  • Artikel : kembalikan sastra ... alfansuri , Senin, 23/01/2012 - 22:08
  • Pokok ... : Biografi Singkat ... ferliana ishadi , Jumat, 13/01/2012 - 18:25
  • Pokok ... : teori dekontruksi derrida yoga , Minggu, 08/01/2012 - 21:57
  • Pokok ... : KARL MARX yoga , Minggu, 08/01/2012 - 18:59
  • Essay : Problematik Bahasa : ... Dezi Nusa Putri , Rabu, 04/01/2012 - 21:10
  • Puisi : DI SUATU SENJA NAN ... Kemirau , Selasa, 06/10/2020 - 11:02
  • Puisi : MERINDU RATNA KESUMA JIWA Kemirau , Selasa, 06/10/2020 - 09:11
  • Puisi : 1975 - 1979 Hakimi Sarlan Rasyid , Sabtu, 03/10/2020 - 14:02
  • Puisi : PAGIKU HAMPIR TERBENAM Ifa ArifinFaqih , Sabtu, 03/10/2020 - 12:29
  • Obrola ... : Tentang Pola #4334 ... Ifa ArifinFaqih , Sabtu, 03/10/2020 - 07:18

Penulis Terpopuler

contoh essay filsafat pendidikan

Anggota Baru

Arsip bulanan.

  • April 2024 (16)
  • Maret 2024 (27)
  • Februari 2024 (12)
  • Januari 2024 (30)
  • Desember 2023 (44)
  • November 2023 (26)
  • Oktober 2023 (33)
  • September 2023 (101)
  • Agustus 2023 (20)
  • Juli 2023 (28)
  • Juni 2023 (12)
  • Mei 2023 (12)

Sindikasi materi

seni belajar untuk hidup

Landasan Filosofis Pendidikan: Pengertian, Filosofi Nasional, Tut Wuri Handayani, dsb

contoh essay filsafat pendidikan

Pengertian Landasan Filosofis Pendidikan

Landasan filosofis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari filsafat yang menjadi titik tolak dalam rangka praktik pendidikan dan atau studi pendidikan (Hidayat & Abdillah, 2019, hlm. 39). Spesifiknya, berbagai asumsi-asumsi tersebut berasal dari filsafat pendidikan yang menyangkut keyakinan terhadap hakikat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakikat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan.

Sementara itu menurut Syam, dkk (2021, hlm. 17) landasan filosofis pendidikan merupakan suatu gagasan tentang pendidikan yang dijelaskan berdasarkan filsafat umum dalam pendidikan yang terdiri dari metafisika, epistemologi, dan aksiologi. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing cabang filsafat tersebut.

  • Metafisika , tepatnya ontologi, yakni bagian dari metafisika yang bersifat spekulatif, membahas hakikat “yang ada” secara universal.
  • Epistemologi , yang membahas tentang bagaimana proses mendapatkan ilmu pengetahuan, hal-hal apakah yang harus diperhatikan agar mendapatkan pengetahuan yang benar, apa yang disebut kebenaran dan apa kriterianya (Amka, 2019, hlm.37).
  • Aksiologi , merupakan cabang filsafat yang membahas teori-teori nilai dan berusaha menggambarkan apa yang dinamakan dengan kebaikan dan perilaku yang baik (Rukiyati & Purwastuti, 2015, hlm.29). Di dalamnya terdapat etika dan estetika.

Selanjutnya, Hidayat & Abdillah (2019, hlm. 39) menjelakan lebih lanjut bahwa landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti:

  • Apakah pendidikan itu?
  • Mengapa pendidikan itu diperlukan?
  • Apa yang seharusnya menjadi tujuannya?

Dapat disimpulkan bahwa landasan filosofis pendidikan adalah berbagai asumsi dasar atau falsafah mengenai pendidikan yang menjadi titik tolak berbagai praktik, studi, dan pelaksanaan pendidikan atau masalah-masalah pokok lainnya dalam pendidikan dan penyelenggaraannya.

Contoh Landasan Filosofis Pendidikan

Sebagaimana halnya di dalam filsafat umum, di dalam landasan filosofis pendidikan juga terdapat berbagai aliran. Beberapa aliran filsafat pendidikan yang dapat menjadi landasan filosofis pendidikan meliputi beberapa aliran di bawah ini.

  • Perenialisme Merupakan aliran filsafat pendidikan yang melihat ke belakang, percaya bahwa kebijaksanaan abadi dari spiritualisme, tradisi, dan agama berbagi satu satu kebenaran metafisik yang universal di mana semua pengetahuan, ajaran dan nilai yang baik telah tumbuh.
  • Progressivisme Bagi kaum progresif, tidak ada realitas yang absolut, kenyataan adalah pengalaman transaksional yang selalu berubah (progresif). Dunia selalu berubah dan dinamis, sehingga dapat disimpulkan bahwa hukum-hukum ilmiah hanya bersifat probabilitas dan tidak absolut. Progressivisme percaya bahwa pengetahuan mengenai dunia ini hanyalah sebatas sebagaimana dunia ini dialami oleh manusia dan Itulah yang dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan (sains) untuk kita semua.
  • Pedagogi Kritis Salah satu unsur pokok dari aliran ini adalah keharusan untuk memandang sekolah sebagai ruang publik yang demokratis. Sekolah didedikasikan untuk membentuk pemberdayaan diri dan sosial. Dalam arti ini, sekolah adalah tempat publik yang memberi kesempatan bagi peserta didik agar dapat belajar pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk hidup dalam demokrasi yang sesungguhnya. Sekolah bukan sekedar perluasan tempat kerja atau sebagai lembaga garis depan dalam persaingan pasar internasional dan kompetisi asing.

Selain ketiga filosofis pendidikan tersebut sebenarnya masih banyak jenis landasan filosofis lainnya. Bangsa Indonesia juga memiliki filosofinya sendiri dalam melaksanakan pendidikan yang akan disampaikan sebagai berikut.

Landasan Filosofis Pendidikan Nasional

Bangsa Indonesia juga sesungguhnya memiliki landasan filosofis pendidikan nasional tersendiri, yaitu filosofis pendidikan yang berdasarkan Pancasila. Landasan filosofis pendidikan nasional adalah Pancasila sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Landasan filosofis pendidikan nasional berasumsi sebagai berikut.

  • Segala sesuatu berasal dari Tuhan sebagai pencipta. Hakikat hidup bangsa Indonesia adalah berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa dan perjuangan yang didorong oleh keinginan luhur untuk mencapai dan mengisi kemerdekaan. Selanjutnya, keinginan luhur, yaitu (1). negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur; (2). melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh bangsa tumpah darah Indonesia; (3). memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa; (4). ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
  • Pancasila merupakan mazhab filsafat tersendiri yang dijadikan landasan pendidikan, bagi bangsa Indonesia yang dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 2, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
  • Manusia adalah ciptaan Tuhan, bersifat mono-dualisme dan monopluralisme. Manusia yang dicita-citakan adalah manusia seutuhnya, yaitu manusia yang mencapai keselarasan dan keserasian dalam kehidupan spiritual dan keduniawian, individu dan sosial, fisik dan kejiwaan.
  • Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman, pemikiran, dan penghayatan.
  • Perbuatan manusia diatur oleh nilai-nilai yang bersumber dari Tuhan, kepentingan umum dan hati nurani.
  • Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
  • Kurikulum berisi pendidikan umum, pendidikan akademik, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, dan pendidikan profesional.
  • Mengutamakan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dan penghayatan. Berbagai metode dapat dipilih dan dipergunakan dalam rangka mencapai tujuan.
  • Peranan pendidik dan anak didik pada dasarnya berpegang pada prinsip keteladanan ing ngarso sung tulado, ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani.

Filosofi Tut Wuri Handayani

Tut Wuri Handayani mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila anak melakukan kesalahan baru pendidik membantunya (Junaid, 2012, hlm. 96).

Asas Tut Wuri Handayani yang kini menjadi semboyan Kemdikbud, pada awalnya merupakan salah satu dari “Asas 1922” yakni tujuh buah asas dari Perguruan Nasional Taman Siswa yang didirikan pada tanggal 3 Juli 1922 (Reka Joni, T. dalam Junaid, 2012, hlm. 95). Ketujuh asas 1922 tersebut adalah sebagai berikut.

  • setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan mengingat tertibnya persatuan dalam perikehidupan umum;
  • pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah, yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri;
  • pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri;
  • pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat;
  • bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuh-penuhnya lahir maupun batin hendaknya diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan menolak bantuan apapun dan dari siapa pun yang mengikat baik berupa ikatan lahir maupun ikatan batin;
  • bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan;
  • dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin.

Asas Tut Wuri Handayani ini kemudian dikembangkan lagi oleh Drs. R.M.P. Sostrokarton (seorang filosof dan ahli bahasa) dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo yang berarti “jika di depan memberi contoh”, dan Ing Madyo Mangun Karso yang berarti “di tengah membangkitkan kehendak” (Reka Joni, T. dalam Junaid, 2012, hlm. 96). Secara umum, Implikasi dari penerapan asas Tut Wuri Handayani dalam pendidikan adalah sebagai berikut.

  • Seorang pendidik diharapkan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide dan prakarsa yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diajarkan.
  • Seorang pendidik berusaha melibatkan mental siswa yang maksimal dalam mengaktualisasikan pengalaman belajar.
  • Peranan pendidik hanyalah bertugas mengarahkan siswa, sebagai fasilitator, motivator dan pembimbing dalam rangka mencapai tujuan belajar.
  • Dalam proses belajar mengajar dilakukan secara bebas tetapi terkendali, interaksi pendidik dan siswa mencerminkan hubungan manusiawi serta merangsang berpikir siswa, memanfaatkan bermacam-macam sumber, kegiatan belajar yang dilakukan siswa bervariasi, tetapi tetap di bawah bimbingan guru.
  • Amka. (2019). Filsafat Pendidikan. Sidoarjo: Nizamia Learning Center.
  • Hidayat, R.,& Abdillah. (2019). Ilmu pendidikan: konsep, teori, dan aplikasinya. Medan: Penerbit LPPPI.
  • Junaid, H. (2012). Sumber, Azas dan Landasan Pendidikan. Sulesna (Jurnal Wawasan Keislaman UIN Alauddin Makassar, 7(2), 84–102.
  • Syam, dkk. (2021). Pengantar ilmu pendidikan. Medan: Yayasan Kita Menulis.

Artikel Terkait

Gabung ke percakapan.

terimakasih sudah membantu dalam memberikan informasi

Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Simpan nama, email, dan situs web saya pada peramban ini untuk komentar saya berikutnya.

Beritahu saya akan tindak lanjut komentar melalui surel.

Beritahu saya akan tulisan baru melalui surel.

Tinggalkan Komentar

logo-sonora

  • Internasional
  • Banjarmasin
  • Health Corner
  • Tips & Trick
  • REGISTER | LOGIN

7 Contoh Essay Pendidikan beserta Struktur Penulisannya, Lengkap!

Ilustrasi Contoh Essay Pendidikan

Sonora.ID -  Essay atau dalam Bahasa Indonesia, esai, adalah karangan prosa yang berisi pembahasan mengenai suatu masalah secara sepintas dan dari sudut pandang pribadi sang penulis esai tersebut.

Biasanya, hal ini menjadi salah satu syarat atau ujian tertulis bagi calon mahasiswa ketika akan masuk ke perguruan tinggi tertentu.

Dengan essay pendidikan ini, pihak kampus bisa melihat sudut pandang dan cara berpikir calon mahasiswa yang mendaftarkan diri tersebut.

Meski tidak ada benar dan salah, sudut pandang dan solusi yang ditawarkan dalam topik yang diangkat pada essay tersebut bisa menjadi penilaian tersendiri bagi sang penulis.

Essay pendidikan ditulis secara sistematis, berikut ini adalah struktur essay:

  • Pendahuluan
  • Isi atau pembahasan
  • Penutup dan kesimpulan

Baca Juga: Contoh Essay Mahasiswa yang Baik dengan Beragam Tema, LENGKAP!

Agar lebih jelas, berikut ini adalah 7 contoh essay pendidikan .

1. Makanan dan penyakit

Perubahan gaya hidup di era globalisasi ini telah memengaruhi kebiasaan makan seseorang dan memaksa untuk mengonsumsi makanan cepat saji berkalori tinggi, seperti junk food. Karena itulah terjadi peningkatan penyakit obesitas di negara berkembang. Makanan yang tidak sehat, tinggi kalori, dan tinggi lemak adalah faktor penting dalam kontribusinya.

Pilihan makanan dan pasar makanan terus berubah beberapa dekade ini. Hal tersebut sebagai tanggapan terhadap kenyamanan, keterjangkauan, dan kegembiraan berdasarkan preferensi konsumen. Konsumen menunjukkan reaksi positif terhadap keragaman pilihan makanan tersebut. Mereka bisa memilih makanan yang mereka sukai. Hal ini membuat intake diet mereka didominasi oleh komposisi makanan yang mereka sukai saja.

Konsumen yang...

Contoh essay pendidikan, essay pendidikan.

  • Contoh Teks Anekdot Pendidikan yang Lucu dan Menarik Dibaca
  • Contoh Pidato Menteri Pendidikan untuk Hari Guru Nasional 2022
  • Tujuan dan Fungsi Pendidikan di Indonesia, Menurut Undang-undang
  • 13 Tugas dan Wewenang DPD, Materi Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

contoh essay filsafat pendidikan

5 Arti Mimpi Mendapatkan Uang yang Banyak, Pertanda Baik atau Buruk?

contoh essay filsafat pendidikan

5 Contoh Pidato tentang Guru Pahlawanku yang Menyentuh Hati

contoh essay filsafat pendidikan

3 Weton yang Beruntung Secara Finansial, Gak Pernah Jatuh Miskin

contoh essay filsafat pendidikan

3 Zodiak Paling Hancur Nasibnya Jumat, 26 April 2024: Libra Banyak Dosa!

logo-sonora

Ramalan Shio Hari Ini 25 April 2024: Pendapatan Naik Dua Kali Lipat

5 shio beruntung besok 26 april 2024, peruntungan rezeki paling bagus, 5 zodiak beruntung besok 26 april 2024: ketiban durian runtuh, teks khutbah jumat 26 april 2024: 3 kelompok manusia setelah ramadhan, ramalan zodiak besok 26 april 2024: aries, virgo, sagitarius, capricorn, pisces, 3 zodiak paling beruntung besok 26 april 2024 sumber rezeki makin banyak, ramalan zodiak besok 26 april 2024: scorpio, pisces, aries, taurus, cancer, ramalan zodiak besok, 26 april 2024: aquarius, gemini, pisces, libra, leo, ramalan zodiak hari ini, kamis 25 april 2024: aries ada masalah besar, 40 contoh soal trial test bumn 2024, beserta kunci jawabannya.

Happier

#Contoh Soal

#contoh soal tkd, #link download gcam nikita 20 apk dan config, #ujian player mlbb, #cara download gcam nikita 20 apk dan config, #kurikulum merdeka, #halal bihalal, #lirik lagu.

DosenMuslim.Com

Makalah Filsafat Pendidikan Beserta Referensinya

Makalah filsafat pendidikan, pendahuluan, a. latar belakang.

Di dalam dunia pendidikan, berfilsafat adalah suatu hal yang penting, karena dengan berfilsafat dunia pendidikan akan mengetahi hakikat dari makna, tujuan, metode, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan itu sendiri. Arti penting dari berfilsafat itu sendiri adalah agar tujuan-tujuan yang telah diketahui dan ditetapkan dapat tercapai. Sebagaimana Ali Khalil Abu ‘Ainaini merumuskan pengertian filsafat pendidikan yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Ramayulis dalam “bukunya Filsafat Pendidikan Islam” bahwa filsafat pendidikan itu sebagai “kegiatan-kegiatan pemikiran yang ssistematis, diambil dari sistem filsafat sebagai cara untuk mengatur dan menerangkan nilai-niai tujuan pendidikan yang akan dicapai (direalisasikan). [1]

B. Rumusan Masalah

  • Apa yang dimaksud dengan filsafat dan filsafat pendidikan?
  • Bagaimana hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan?
  • Apa manfaat dari belajar filsafat?
  • Apa saja ruang lingkup dari filsafat pendidikan?

C. Tujuan Masalah

  • Untuk mengetahui pengertian dari filsafat, filsafat pendidikan, dan filsafat pendidikan Islam.
  • Untuk mengetahui hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan?
  • Untuk mengetahui manfaat belajar filsafat.
  • Untuk mengetahui ruang lingkup filsafat pendidikan.

A. Filsafat Pendidikan

Pengertian filsafat, pengertian filsafat pendidikan.

Makalah Filsafat Pendidikan

  • Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang memikirkan hakikat pendidikan secara komprehensif dan kontemplatif tentang sumber, seluk beluk pendidikan, fungsi, dan tujuan pendidikan.
  • Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang mengkaji proses pendidikan dan teori-teori pendidikan.
  • Filsafat pendidikan mengkaji hakikat guru dan anak didik dalam proses pembelajaran di kelas dan di luar kelas.
  • Filsafat pendidikan mengkaji berbagai teori kependidikan, metode, dan pendekatan daam pendidikan.
  • Filsafat pendidikan mengkaji strategi pembelajaran alternatif.
  • Filsafat pendidikan mengkaji hakikat tentang kurikulum pendidikan.
  • Filsafat pendidikan mengkaji hakikat evaluasi pendidikan dan evaluasi pembelajaran.
  • Filsafat pendidikan mengkaji hakikat alat-alat dan media pembelajaran. [11]

B. Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan

  • Proses pendidikan sebagai rancangan terpadu dan menyeluruh.
  • Menjelaskan berbagai makna yang mendasar tentang semua istilah pendidikan.
  • Pokok-pokok yang menjadi dasar dari konsep pendidikan dalam kaitannya dengan bidang kehidupan manusia. [15]

C. Manfaat Belajar Filsafat Pendidikan

D. ruang lingkup filsafat pendidikan.

  • Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan ( The Nature Of Education ).
  • Merumuskan sifat hakikat manusia sebagai subjek dan objek pendidikan ( The Nature Of Man ).
  • Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama, dan kebudayaan.
  • Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori pendidikan.
  • Merumuskan hubungan antara negara ( ideologi ), filsafat pendidikan, dan politik pendidikan (sistem pendidikan).
  • Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pedidikan. [18]
  • Murid atau anak didik
  • Materi pendidikan
  • Perbuatan mendidik
  • Metode pendidikan
  • Evaluasi pendidikan
  • Tujuan pendidikan
  • Alat-alat pendidikan
  • Dan lingkungan pendidikan. [19]
  • Para pendidik adalah guru, orang tua, tokoh masyarakat, dan siapa saja yang memfungsikan dirinya untuk mendidik. siapa saja dapat menjadi pendidik dan melakukan upaya untuk mendidik secara formal maupun nonformal. Para pendidik haruslah orang yang patut diteladani. Dan pendidik itu harus membina, mengarahkan, menuntun, dan mengembangkan minat, serta bakat anak didik, agar tujuan pendidikan tercapai dengan baik. [20] Para pendidik adalah subjek yang melaksanakan pendidikan. Pendidik mempunyai peran penting dalam berlngsungnya pendidikan. baik atau tidaknya pendidikan berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan. Para pendidik memikul tanggung jawab yang berat untuk memaajukan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, negara bertanggungjawab untuk meningkatkan kinerja para pendidik melalui berbagai peningkatan. Misalnya, peningkatan kesejahteraan para pendidik, menaikkan tunjangan fungsional para pendidik, membantu dana pendidikan lanjutan hingga meraih gelar doktor, dan memberikan beasiswa untuk berbagai penelitian. [21]
  • Anak Didik secara filosofis merupakan objek para pendidikan dalam melakukan tindakan yang bersifat medidik. Dikaji dari beberapa segi, seperti usia anak didik, kondisi ekonomi keluarga, minat dan bakat anak didik, serta tingkat intelegensinya, itu membuat seorang pendidik mengutamakan fleksibilitas dalam mendidik. Anak didik merupakan subjek pendidika, yaitu orang yang menjalankan dan mengamalkan materi pendidikan yang diberikan oleh pendidik. Agar pendidikan dapat berhasil dengan sebaik-baiknya, maka jalan pendidikan yang ditempuh harus sesuaai dengan perkembangan psikologis anak didik. [22]
  • Materi Pendidikan, yaitu bahan-bahan atau pengalaman-pengalaman belajar yang disusun sedemikian rupa (dengan susunan yang lazim dan logis) untuk disajikan atau disampaikan kepada anak didik. [23]
  • Perbuatan mendidik adalah seluruh kegiatan, tindakan, perbuatan, dan sikap yang dilakukan oleh pendidikan sewaktu menghadapi atau mengasuh anak didiknya disebut dengan tahzib. Mendidik artinya meningkatkan pemahaman anak didik tentang kehidupan, medalami pemahaman terhadap ilmu pengetahuan dan manfaatnya untuk diterapkan dalam kehidupan nyata dan sebagai pandangan hidup. [24]
  • Metode pendidikan, yaitu strategi yang relevan yang dilakukan oleh dunia pendidikan pada saat menyampaikan materi pendidikan kepada anak didik. metode berfungsi mengolah, menyusun, dan menyajikan materi pendidikan, agar materi pendidikan tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik. [25]
  • Evaluasi dan Tujuan Pendidikan. Evaluasi yaitusistem penilaian yang diterapkan kepada peserta didik, untuk mengetahui keberhasilan pendidikan yang dilaksanakannya. Evaluasi pendidikan sangat bergantung pada tujuan pendidikan. jika tujuannya membentuk siswa yang kreatif, cerdas, beriman, dan bertakwa, maka sistem evaluasi ynag dioperasionalkan harus mengarah pada tujuan yang dimaksud. [26]
  • Alat-alat Pendidikan dan Lingkungan Pendidikan merupakan fasilitas yang digunakan untuk mendukung terlaksananya pendidikan. Sedangkan lingkungan pendidikan adalah segala seusuatu yang terdapat disekitar lingkungan pendidikan yang mendukung terealisasinya pendidikan. [27]

 A. Kesimpulan

Daftar pustaka, referensi buku, bagikan ini:.

  • Berbagi di Tumblr
  • Surat elektronik

Tentang Website

Pos-pos terbaru.

  • Shalawat Menjadi Sebab Diampuninya Dosa 22 Januari 2022
  • Shalawat Mendatangkan Syafa’at 22 Januari 2022
  • Pengertian Shalawat dan Keutamaannya 31 Desember 2021
  • 13 Situs Jurnal Referensi Karya Tulis Ilmiah 31 Desember 2021

Ikuti Media Sosial Kami

Jumlah pengunjung.

  • 2,867,145 Pengunjung

JAGAD ID

Filsafat Pendidikan : Pengertian, Ruang Lingkup, Tujuan, Konsep, Contoh

Jagad.id – Filsafat pendidikan tentu berhubungan dengan pendidikan untuk mengantar ke pengertian filsafat pendidikan. Jika kita melihat pendidikan di era sekarang, cenderung bersifat interaktif antara guru dengan muridnya. Berbeda dengan zaman dulu yang lebih otodidak alias tanpa panduan dari seorang guru.

Meskipun tanpa panduan dari seorang guru, murid jaman dulu menjadikan gurunya sebagai acuan. Kemudian, mereka memandang alam untuk dipahami dan terjadilah suatu pendidikan otodidak alias menemukan suatu temuan baru. Perlu diketahui, bahwa pendidikan yang didapatkan melalui alam belum bisa dikatakan sebagai filsafat pendidikan, namun jika pendidikan sudah didapatkan melalui guru baru bisa disebut sebagai filsafat pendidikan.

Jika disederhanakan, secara umum definisi atau pengartian filsafat pendidikan merupakan suatu pemikiran yang mengungkapkan dan memikirkan pembahasan mengenai ilmu pengetahuan .

Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan

Ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi sifat hakiki pendidikan, subjek dan objek pendidikan, serta pemikiran secara tegas antara filsafat, teori, dan pendidikan. Adapun ideologi dan politik suatu negara masih tercakup pada ruang lingkup filsafat pendidikan. Begitu juga norma dan moral pendidikan yang bertujuan dari suatu pendidikan itu sendiri.

Kesimpulannya, bahwa ruang lingkup filsafat pendidikan mencakup semua aspek yang masih berkesinambungan dari suatu pemikiran manusia dalam memahami pendidikan.

Menurut Will Durant, ruang lingkup studi filsafat pendidikan ada lima hal yaitu, logika, estetika, etika politik, dan metafisika.

Tujuan Filsafat Pendidikan

Jika membahas soal tujuan filsafat pendidikan, maka kita perlu membahas tujuan adanya pendidikan itu sendiri yang mana dapat menghubungkan dengan tujuan filsafat pendidikan.

Kita tahu bahwa pendidikan ada memiliki tujuan sebagai usaha dalam mengembangkan potensi manusia baik secara fisik, akal, rasa, hingga karsa. Dengan begitu potensi itu akan menjadi nyata dan berfungsi dalam menjalankan kehidupan. Pada dasarnya, pendidikan ada karena adanya cita-cita dan kemanusiaan yang kita miliki.

Dengan begitu, filsafat pendidikan memiliki tujuan sebagai penyiapan diri dalam menjalani hidup yang diwarnai dengan keseimbangan, organis, kesatuan, dinamis, dan harmonis sebagai manusia. Juga dapat memberikan inspirasi bagaimana membentuk proses belajar yang ideal dan berguna.

Konsep Dasar Filsafat Pendidikan

Kita akan mengetahui konsep dasar dari filsafat pendidikan, jika mengetahui pengertian pendidikan secara hakiki.

Pada dasarnya dan pada hakekatnya, pendidikan diadakan bertujuan untuk mendidik kemanusiaan dalam menjalani kehidupan sehari-hari pada umumnya. Pendidikan dasar ini pun sudah ada sejak zaman dahulu kala, namun yang membedakan adalah sistemnya. Sistem itulah yang disebut sebagai kurikulum.

Dengan begitu, konsep dasar filsafat pendidikan ini menitik pada dasar-dasar kehidupan manusia untuk menjadi manusia yang membaca dan memahami alam. Hal ini sudah terajarkan sejak dini, di mana kita sebagai anak kecil memiliki insting dan rasa.

Tanpa dipungkiri, sejak dini pun pendidikan sudah tertanam pada diri kita sebagai manusia dan makhluk hidup.

Contoh Filsafat Pendidikan

Adapun beberapa contoh filsafat pendidikan yang kita uraikan sesuai dengan ilmu pengetahuannya masing-masing.

  • Manusia bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, termaktub dalam filsafat pendidikan agama;
  • Kita menjadi warga negara yang baik, filsafat pendidikan kewarganegaraan;
  • Kita menjalankan tugas sebagai warga maupun pejabat yang baik, filsafat pendidikan politik;
  • Kita membutuhkan keseimbangan ekonomi melalui pekerjaan, filsafat pendidikan ekonomi;
  • Memiliki karya dari hasil tangan sendiri, filsafat pendidikan karsa dan rasa

Masih ada contoh-contoh lain sebagai contoh filsafat pendidikan yang mampu membawa manusia yang memanusiakan diri.

DAFTAR ISI :

Rekomendasi:

  • Pengertian Evaluasi Pembelajaran : Arti, Fungsi dan Prinsip
  • Strategi Pengajaran Terbaik untuk Tahun 2023
  • Pengertian Filsafat : Secara Umum, Etimologi dan…
  • Contoh Pola Asuh Islami Dalam Sehari-hari
  • Mengenal Platform Pendidikan Online di Indonesia
  • 11 Situs Web Pendidikan Terbaik Di Dunia
  • 43+ Contoh Puisi Lengkap Terbaru
  • Biografi Ki Hajar Dewantara Singkat
  • Profesi : Pengertian, Etika, Ciri-Ciri, dan Contoh Jenis
  • Pengertian Diagnosis : Tujuan, Macam, dan Manfaatnya
  • Skip to primary navigation
  • Skip to main content

bocahkampus

BocahKampus

Informasi Kampus dan Dunia Pendidikan

30+ Contoh Essay Ilmiah, Pendidikan, dan Beasiswa (+PDF)

Diperbarui: 28 Maret 2024 oleh Rizky Pratama

Essay (Esai) adalah sebuah karangan berbentuk tulisan yang berisi opini seseorang terhadap suatu topik atau hal yang terjadi di masyarakat.

Penulisan essay sifatnya subjektif, sehingga akan sangat bergantung dari sudut pandang penulisnya.

Walaupun bersifat subjektif, sebuah essay tetap memerlukan fakta, teori, serta data pendukung agar essay tersebut memiliki isi yang berbobot.

Nah, di artikel ini, kamu akan mempelajari berbagai hal tentang essay yang meliputi:

Struktur Essay

  • Essay Pendidikan
  • Essay Kebudayaan
  • Essay Ekonomi
  • Essay Masalah Sosial

Contoh Essay Beasiswa

Contoh essay diri sendiri.

  • Contoh Essay Bahasa Inggris , dan

Cara Membuat Essay

Langsung saja, berikut pembahasannya.

contoh essay

Sebuah essay memiliki struktur sebagai berikut:

  • Pendahuluan : berisi tentang latar belakang permasalahan yang ingin dibahas dalam essay.
  • Isi : berisi tentang penjelasan dari permasalahan hingga solusi yang diberikan.
  • Simpulan : bagian penutup yang berisi tentang kesimpulan yang dijabarkan secara ringkas dan terperinci.

Contoh Essay dalam Berbagai Tema

Contoh essay ilmiah.

Essay ilmiah merupakan essay yang memuat opini atau argumen penulis terhadap permasalahan yang ada di masyarakat (seperti masalah sosial, ekonomi, kebudayaan, dll.) yang disertai dengan fakta dan solusi terhadap permasalahan tersebut.

Berikut ini adalah beberapa contoh essay ilmiah dalam berbagai tema yang bisa kamu jadikan sebagai referensi.

1. Essay Pendidikan

Essay pendidikan di bawah ini merupakan karya Rhou Dhaena yang berjudul Dua Sisi Problematika Pendidikan di Indonesia .

Selain contoh di atas, kami juga menyediakan beberapa judul essay tentang pendidikan yang bisa kamu unduh pada tabel di bawah ini.

2. Essay Kebudayaan

Contoh di bawah ini merupakan essay kebudayaan yang berjudul Budaya Toleransi Dalam Kehidupan Bermasyarakat karya Andhika Khalik Nurahman.

Contoh lain dari essay kebudayaan juga bisa kamu unduh pada file pdf yang kami sediakan di bawah ini.

3. Essay Ekonomi

Essay ekonomi pada contoh di bawah ini berjudul Ekonomi Kreatif dan Inovatif Berbasis TIK Ala OLX dan Shopee yang dikarang oleh Ayu Rhizky Eamailia.

Untuk contoh lain dari essay ekonomi bisa kamu lihat pada beberapa file pdf di bawah ini.

4. Essay Masalah Sosial

Essay permasalahan sosial pada contoh di bawah ini merupakan karya Afifah Faiha Inayah yang berjudul Ilmu Pengetahuan menjadi Salah Satu Faktor Stratifikasi di Era Globalisasi .

Contoh lain dari essay sosial dapat kamu unduh pada file pdf di bawah ini.

Essay ini biasanya digunakan sebagai persyaratan mendaftar beasiswa di sekolah ataupun perguruan tinggi.

Topik atau tema yang dibahas dalam essay beasiswa biasanya ditentukan oleh instansi yang memberikan beasiswa.

Contoh essay beasiswa di bawah ini merupakan essay yang digunakan untuk mendaftar Beasiswa Unggul Kemendikbud karya Raymond Alvonso Parsaoran yang berjudul Aku Generasi Unggul Kebanggaan Bangsa Indonesia .

Contoh lain dari essay beasiswa bisa kamu unduh pada beberapa file pdf yang ada di bawah ini.

Baca Juga : Contoh Motivation Letter untuk Beasiswa

Essay ini juga bisa disebut sebagai essay pribadi, yaitu sebuah essay yang fokus menceritakan tentang kehidupan si penulis.

Hal yang dibahas dalam essay jenis ini bisa bermacam-macam, seperti pengalaman hidup, pengalaman saat sekolah atau kuliah, dll.

Contoh essay tentang diri sendiri di bawah ini adalah essay karya Mohammad Ahlim Ihsan Abidin.

Contoh lain dari essay diri sendiri juga bisa kamu lihat dengan mengunduh file pdf di bawah ini.

Contoh Essay Bahasa Inggris

Selain beberapa essay di atas, di bawah ini juga sudah kami sediakan beberapa essay dalam bahasa inggris.

Essay di bawah ini berjudul Decreasing the Amount of Poverty in Indonesia to Achieve a Better Education yang ditulis oleh Penta Calysta.

Untuk contoh lainnya, kamu bisa lihat pada beberapa file pdf di bawah ini.

cara membuat essay yang baik

1. Memilih Topik

Langkah pertama untuk membuat sebuah essay tentunya adalah memilih topik atau permasalahan yang ingin dibahas.

Topik yang kamu pilih bisa kamu sesuaikan sendiri, entah itu topik yang membahas sesuatu secara umum, atau secara spesifik.

  • Contoh topik secara umum: Smartphone
  • Contoh topik secara spesifik: Dampak penggunaan smartphone

Jika topik essay sudah ditentukan, maka kamu bisa langsung menuju langkah berikutnya.

2. Tentukan Tujuan

Penulisan essay pada umumnya bisa memiliki berbagai macam tujuan.

Untuk itu, kamu harus menentukan terlebih dahulu tujuan pembuatan essay tersebut agar mempermudah proses pembuatannya.

Kamu harus bisa memahami apakah essay yang kamu buat bertujuan untuk meyakinkan pembaca, menjelaskan cara melakukan sesuatu, atau menjelaskan tentang objek yang ingin dibahas.

Pastikan juga topik yang kamu pilih tadi bisa sesuai dengan tujuannya.

3. Kumpulkan Referensi

Selanjutnya, kumpulkan juga bahan-bahan bacaan yang bisa kamu gunakan sebagai sumber atau referensi.

Penggunaan sumber referensi ini penting untuk memperkuat argumen yang kamu tuliskan.

Jangan lupa juga untuk memperhatikan nama pengarang, tanggal, dan judul dari referensi yang kamu baca.

Hal ini akan berguna untuk pembuatan daftar pustaka yang bisa kamu cantumkan di bagian akhir essay kamu.

4. Buat Kerangka Essay

Untuk mempermudah kamu dalam menulis essay, sebaiknya siapkan juga kerangka essaynya.

Tuliskan poin-poin penting yang ingin kamu bahas terlebih dahulu sebelum mulai menulis essay.

Dengan membuat kerangka essay, kamu akan tahu apakah struktur dari essay yang kamu buat sudah sesuai atau belum.

Jika setelah dibaca ternyata masih kurang pas, kamu bisa ubah lagi kerangkanya sampai sesuai.

5. Mulai Menulis Essay

Nah, setelah melakukan beberapa tahapan di atas, kamu sudah bisa mulai untuk menulis essay.

Tulis essay mulai dari pendahuluan terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan isi dan penutup agar kamu bisa menulis secara luwes.

6. Revisi Essay

Essay yang baik tidak bisa dihasilkan hanya dengan sekali tulis.

Baca dan teliti secara berkala essay yang sudah kamu buat, kemudian catat di mana kekurangannya.

Beberapa hal yang harus kamu tanyakan tentang essay yang kamu buat antara lain adalah:

  • Apakah paragraf dan argumen yang kamu tuliskan sudah jelas dan relevan?
  • Apakah argumen yang kamu tuliskan seimbang dan terdapat referensi yang cukup?
  • Apakah kamu sudah mencapai batas jumlah kata yang diperbolehkan? (jika ada)

Kalau kamu menemukan kesalahan pada essaymu, jangan ragu untuk memperbaikinya.

Pelajari Juga Contoh Karya Tulis Lain :

  • Contoh Pantun
  • Contoh Cerpen

Itulah beberapa contoh essay yang bisa kamu jadikan sebagai referensi beserta cara membuatnya.

Semoga setelah mempelajari ini, kamu bisa membuat essay yang baik dan menarik untuk para pembaca.

Jika ada pertanyaan, kamu bisa bertanya melalui kolom komentar di bawah ini.

Sekian, semoga bermanfaat.

Informasi Terkait

contoh pidato persuasif

Dapatkan informasi terupdate seputar kampus, karier, dan dunia pendidikan dengan mendaftarkan alamat E-mail kamu di bawah ini!

' src=

Rizky Pratama

Rizky merupakan lulusan S1 Manajemen di salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di Indonesia. Selengkapnya lihat di halaman profil .

Academia.edu no longer supports Internet Explorer.

To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to  upgrade your browser .

Enter the email address you signed up with and we'll email you a reset link.

  • We're Hiring!
  • Help Center

paper cover thumbnail

Esai filsafat

Profile image of Pandunovisk Vernost

Related Papers

Dwi Setiawan

contoh essay filsafat pendidikan

Angghieta Aprillia

iyoes tobing

FILSAFAT MODERAT DAN KONTEMPORER

Yeni Sri Lestari

Marcellius Ari Christy

Clara Syntia Rubittiarno

Istilah postmodernist, pertama kali dilontarkan oleh Arnold Toynbee pada tahun 1939 lewat bukunya yang terkenal berjudul Study of History Toynbee yakin benar bahwa sebuah era sejarah baru telah dimulai. Sampai saat ini belum ada kesepakatan dalam pendefinisiannya, tetapi istilah tersebut berhasil menarik perhatian banyak orang di Barat. Pada tahun 1960, untuk pertama kalinya istilah itu berhasil diekspor ke benua Eropa sehingga banyak pemikir Eropa mulai tertarik pada pemikiran tersebut (Septian, 2007). Menurut Muzairi (2009: 148) menyatakan bahwa secara etimologis postmodern terdiri dari dua kata yaitu post dan modern. Kata post yang berarti (later or after) dan modern. Selain itu, menurut kubu postmodernisme lainnya post berarti melampaui kematian modernism. Sedangkan menurut Aceng (2011: 104) secara terminologis postmodern merupakan kritik atas masyarakat modern dan kegagalanya memenuhi janji-janjinya. Postmodern cenderung mengkritik segala sesuatu yang diasosiasikan dengan modernitas, yaitu akumulasi pengalaman peradaban Barat. Postmodernisme merupakan aliran pemikiran yang menjadi paradigma baru sebagai antithesis dari modernisme yang dianggap gagal dan tidak lagi relevan dengan perkembangan zaman. Akan tetapi menurut Alwi Shihab (1999: 201) menyatakan bahwa postmodernisme adalah suatu gerakan kultural intelektual baru akibat rasa cemas terhadap janji–janji gerakan modern yang dianggap gombal. Gerakan posmodern secara tidak langsung menghidupkan kembali pamor agama, namun gerakan ini mencakup spektrum luas dari berbagai kelompok yang ragam pemikiran, walaupun bersatu pada rasa kecemasan terhadap kehidupan masa kini. Sisi gelap dari gerakan ini menggambarkan rasa putus asa, yang berbicara tentang kehancuran yang tak terelakkan dan

Damayanti Mujamil

Muhammad Zainal Abidin

Faradilla Kusumaningrum

membahas postmodernisme dalam konteks sosiologi media

Mochammad Fahlevi

M. Fahlevi, Reconstruction of Education by Muslim Scholars in Modern Age in Perspectives Ali Syariati, Thesis. Tarbiyah Faculty, stai-Madinatul Ilmi, Depok, 2013. This study aims to: (1) Knowing the view of Ali Syariati about understanding Muslim scholar (2) Knowing the view of Ali Syariati about characteristics of a Muslim scholar (3) Acknowledge the role of the Muslim scholar in the reconstruction of education in Modern Age. This study includes the type library research (library research) were analyzed Ali Syariati thinking about Reconstruction of Education by Muslim Scholars in Modern Age. Conclusions obtained from this research are: (1) Muslim scholar is a part of the Roushanfikr, it is so important for a scholar to have ideology they stand for and make life guidelines, according to Ali Syariati without loss of functionality and scholar ideology scholar will be alienated among Muslims. (2) Ali Syariati give a sense of the Scholars as having intellectual Ideology. (3) Characteristics of Scholars for Syariati is always related to humanism, due to the influence of scholars in the society are expected to be the driving force to provide the collective consciousness for mankind especially through education. (4) Ali Syariati looked that Islamic ideology in line with the spirit of renewal and it is the main task of a how they play an active role in a new ideology concocted formed according to his time without removing the essence of the values of the old ideology, that way one scholar can bring Muslims to progress and become a dynamic society.

Loading Preview

Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.

RELATED PAPERS

Yakobus Sila

Mochamad Hamdan

Thio Christian Sulistio

Dissertation (Doctoral)

Dr. Bima Prana Chitra, M.Hum.

Gusstiawan Raimanu

Mochamad Rizky

IAIN Pontianak Press

Abdul Mukti

Koko Darmadi

PAradigma Komunikasi Habermas

Radita Gora

millati fuadah

Baharuddin AR Abd. Rahman

SUHARIYADI suhariyadi

Shauma Pranata

Zakiyuddin Baidhawy

Mariani Susanti

Dr. Muhammad Kristiawan, M.Pd.

Penerbit Nusa Indah, Ende

Taum Y O S E P H Yapi

Muhammad Akmal Mubarak

isdan lasine

Yasintus Runesi

Bisyron Muhtar

Syifa Fauziah Anggraeni

Albab Ulul Arief

Arif Partono

ETHIS KARTIKA SARI

Heribertus Tri Warno

Jabbar Squad

Ridho Al-Hamdi

Budi Hartanto , arif susanto

Ferry Hidayat

Rumbiati S.Pd

Oktafiani Hasan

saeful anwar

astuti puji

hidden tesla

Iqbal Fahlefi

jurnal farabi

RELATED TOPICS

  •   We're Hiring!
  •   Help Center
  • Find new research papers in:
  • Health Sciences
  • Earth Sciences
  • Cognitive Science
  • Mathematics
  • Computer Science
  • Academia ©2024

contoh essay filsafat pendidikan

Advertisement

12 Contoh Gambar Henna Tangan yang Simple dan Cantik 2024

11 Foto di Pantai Aesthetic yang Keren dan Kekinian 2024

80 Caption Healing Estetik di Pantai yang Singkat dan Keren

20 Caption tentang Liburan Bareng Keluarga atau Teman yang Aesthetic 2024

15 PP Grup Kece, Kocak Parah yang Aesthetic, Keren, dan Gokil Gratis

12 Contoh Filsafat dalam Kehidupan Sehari hari Beserta Penjelasannya

Apakah kamu sudah menerapkan filsafat dalam kehidupan sehari hari? Yuk, pelajari contohnya!

12 Contoh Filsafat dalam Kehidupan Sehari hari Beserta Penjelasannya – Menerapkan contoh filsafat dalam kehidupan sehari hari akan membuat pandangan kita terhadap berbagai bidang kehidupan semakin luas.

Meskipun terkadang dianggap sebagai disiplin akademik, ternyata filsafat memiliki relevansi yang kuat dalam kehidupan kita sehari-hari.

Banyak kemudahaan dan manfaat yang didapat ketika menerapkan ilmu filsafat dalam berbagai aspek kehidupan.

Untuk itu, simak artikel ini sampai habis, ya!

  • Apa itu Ilmu Filsafat dan Contohnya?

Daftar Isi [ hide ]

Cabang Ilmu Filsafat

Bagaimana cara berpikir filsafat, contoh filsafat dalam kehidupan sehari hari.

Contoh Filsafat dalam Kehidupan Sehari hari Beserta Penjelasannya

Filsafat adalah disiplin ilmu yang berfokus pada eksplorasi, analisis, dan penerapan pemikiran yang mendalam.

Pemikiran ini tentang pertanyaan-pertanyaan fundamental mengenai eksistensi, pengetahuan, nilai, etika, logika, dan berbagai aspek abstrak lainnya dalam kehidupan manusia dan alam semesta.

Munculnya ilmu ini sebagai upaya manusia untuk memahami hakikat, arti, dan makna dalam hidup.

Serta untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang seringkali kompleks dan tidak memiliki jawaban pasti.

Filsafat melibatkan pemikiran kritis , analisis konsep, dan pemahaman mendalam tentang berbagai aspek pemikiran manusia.

Ilmu ini juga berperan dalam membantu kita memahami nilai-nilai, keyakinan, dan prinsip-prinsip yang membimbing tindakan dan keputusan kita dalam kehidupan.

Baca Juga :

4 Contoh Logika dalam Kehidupan Sehari-hari beserta Pengertiannya

Etika adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan pertanyaan mengenai apa yang benar dan salah.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada situasi-situasi moral di mana kita harus membuat keputusan tentang tindakan yang tepat.

Contohnya, saat kita berhadapan dengan peluang untuk berbohong atau jujur, kita bisa merenungkan nilai-nilai etika seperti kejujuran, integritas, dan keadilan sebelum mengambil keputusan.

2. Metafisika

Metafisika adalah cabang filsafat yang berurusan dengan pertanyaan tentang hakikat eksistensi dan alam semesta.

Dalam kehidupan sehari-hari, pertanyaan-pertanyaan metafisik mungkin muncul ketika kita merenungkan tentang asal-usul, tujuan, dan makna kehidupan.

Hal ini bisa membantu kita memahami bagaimana pandangan dunia kita akan membentuk nilai-nilai dan tindakan kita pula.

3. Epistemologi

Cabang ilmu filsafat ini mempertanyakan sifat pengetahuan dan cara kita memperolehnya.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menghadapi pertanyaan tentang apa yang kita tahu dan bagaimana kita tahu.

Misalnya, kita bisa merenungkan apakah kita benar-benar tahu sesuatu atau hanya memiliki keyakinan, dan bagaimana kita dapat membedakan antara informasi yang benar dan salah.

4. Estetika

Estetika adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan keindahan, seni, dan apresiasi.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering membuat penilaian tentang karya seni, musik, film, atau bahkan lingkungan sekitar kita.

Pertanyaan-pertanyaan estetika dapat membantu kita memahami mengapa kita menganggap sesuatu sebagai indah atau mengapa kita menikmati seni tertentu.

Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari pemikiran yang baik dan argumentasi yang benar.

Dalam kehidupan sehari-hari, pemahaman tentang logika dapat membantu kita menjadi pemikir yang lebih kritis.

Ketika kita berdebat atau membuat keputusan penting, kita dapat menggunakan prinsip-prinsip logika untuk memastikan bahwa argumen kita kuat dan berdasarkan pada premis atau ide yang benar.

Kegunaan logika dalam kehidupan sehari hari ini tentu akan memperkuat nila-nilai kehidupan yang kamu tanamkan.

6. Filsafat Politik

Filsafat politik berurusan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pemerintahan, keadilan, kebebasan, dan hak asasi manusia.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat merenungkan nilai-nilai politik kita dan bagaimana kita berpartisipasi dalam sistem politik untuk mencapai tujuan-tujuan yang kita yakini.

7. Filsafat Agama

Filsafat agama berfokus pada pertanyaan-pertanyaan tentang keberadaan Tuhan, agama, dan keyakinan spiritual.

Dalam kehidupan sehari-hari, orang sering berpikir tentang aspek-aspek ini dalam konteks spiritualitas mereka, dan filsafat agama dapat membantu mereka merenungkan lebih dalam tentang keyakinan mereka.

15 Contoh Asimilasi dalam Kehidupan Sehari-Hari di Masyarakat, Keluarga, dan Sekolah

Berpikir filsafat melibatkan pendekatan yang mendalam, analitis, dan kritis terhadap pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai eksistensi, pengetahuan, nilai, dan banyak aspek lainnya dalam kehidupan.

Berikut adalah beberapa cara untuk berpikir filsafat:

1. Pilih pertanyaan atau topik filsafat

Mulailah dengan memilih pertanyaan atau topik filsafat yang menarik. Seperti pertanyaan “Apa arti hidup?” atau “Apakah surga dan neraka benar adanya?”

2. Perhatikan konsep-konsep dasar

Identifikasi konsep-konsep dasar yang terkait dengan pertanyaan kamu.

Misalnya, jika kamu memiliki pertanyaan tentang kebenaran surga dan neraka, pastikan kamu memahami konsep-konsep ilmu filsafat agama atau epistemologi.

3. Menggunakan Logika

Filsafat seringkali melibatkan pemikiran logis. Berusaha untuk membangun argumen yang konsisten dan logis dalam mendukung pandangan kamu.

Kegunaan logika dalam kehidupan sehari hari ini akan membantu kamu lebih memahami pertanyaan yang ingin kamu temukan jawabannya.

4. Kembangkan Argumen

Berpikirlah secara kritis tentang argumen kamu. Pertimbangkan berbagai sudut pandang, argumen kontra, dan implikasi dari pandanganmu.

Cobalah untuk merinci argumenmu dengan bukti dan contoh yang kuat.

5. Studi sejarah filsafat

Belajar dari filsuf-filsuf terdahulu serta pemikirannya dapat memberikan perspektif berharga.

Membaca karya-karya filosof klasik juga bisa membantu kamu memahami sejarah pemikiran manusia.

6. Berdialog dan debat

Diskusi dengan orang lain, terutama mereka yang memiliki pandangan berbeda, bisa sangat bermanfaat. Diskusi dan debat dapat membantu menguji ide-idemu.

7. Perbanyak kembaca

Membaca karya-karya filsafat modern dan kontemporer akan membantu kamu memahami perkembangan pemikiran filsafat saat ini.

Terkadang kamu juga bisa meluangkan waktu untuk membaca tentang topik-topik filsafat yang diminati.

8. Pemikiran dan pengalaman pribadi

Berpikir filsafat seringkali melibatkan pemikiran pribadi. Cobalah untuk memahami bagaimana pertanyaan filsafat ini berkaitan dengan pengalaman pribadi dan pandangan duniamu sendiri.

9. Terbuka terhadap Perubahan

Filsafat seringkali membawa kita ke pemahaman baru dan perubahan pandangan.

Jadilah terbuka terhadap kemungkinan bahwa argumen kamu dapat berkembang atau berubah seiring dengan perkembangan zaman.

10. Teruslah Berlatih

Seperti keterampilan lainnya, berpikir filsafat memerlukan latihan terus-menerus.

Teruslah menjalani latihan berpikir kritis, merumuskan argumen, dan merenungkan pertanyaan-pertanyaan filsafat.

Penerapan filsafat dalam kehidupan sehari-hari membantu kamu menjadi pemikir yang lebih kritis, sadar, dan bertanggung jawab.

Penerapan ini akan membuat kamu mengambil keputusan yang lebih baik sesuai dengan prinsip yang kamu pegang.

Berikut 12 contoh filsafat kehidupan sehari hari:

1. Pilihan Atas Sikap Moral

Ketika kamu dihadapkan pada situasi moral seperti menentukan apakah harus berbohong atau jujur dalam situasi tertentu, kamu bisa menerapkan prinsip-prinsip etika dalam filsafat.

Kamu dapat mempertimbangkan etika utilitarianisme yang mengutamakan tindakan yang menghasilkan kebahagiaan terbesar. Atau etika deontologi yang berpegang pada kewajiban moral.

Contohnya ketika kamu didekati seseorang yang tidak kamu suka, apakah kamu berbohong mengaku sudah memiliki pacar saja atau berkata jujur?

Mungkin ketika kamu berbohong, orang tersebut akan berhenti mendekati kamu dan memberikan kamu rasa lega.

Atau kamu memilih berkata jujur dan memegang prinsip bahwa berbohong itu dosa?

2. Pemilihan Karier

Dalam pemilihan karier, pertanyaan filosofis tentu akan muncul. Seperti melibatkan makna dan tujuan hidup.

Kamu dapat merenungkan pertanyaan seperti, “Apa arti sukses dalam hidup?” atau “Bagaimana dapat mencapai kebahagiaan yang sejati melalui karier?”

Kamu juga pasti akan mempertimbangkan apakah gaji yang diterima akan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Kamu juga bisa memikirkan apakah gaji tersebut sesuai dengan pekerjaan yang diberikan.

17 Contoh Arbitrasi Sosiologi dalam Kehidupan Sehari-hari dan Pengertiannya

3. Pertimbangan Etis dalam Bisnis

Contoh filsafat dalam kehidupan sehari hari selanjutnya adalah tentang pertimbangan etis dalam berbisnis.

Dalam dunia bisnis, pertanyaan etis melibatkan masalah seperti hak karyawan, tanggung jawab sosial perusahaan, dan prinsip-prinsip keadilan.

Kamu dapat mempertimbangkan teori etika bisnis seperti etika stakeholder atau etika tugas.

4. Kebebasan Berbicara

Diskusi tentang kebebasan berbicara sering mencerminkan pertanyaan filosofis tentang batas-batas kebebasan individu dan tanggung jawab terhadap masyarakat.

Ini berkaitan dengan pemikiran tentang hak asasi manusia dan nilai-nilai demokrasi.

5. Hubungan Personal

Contoh filsafat dalam kehidupan sehari hari dalam hubungan pribadi adalah kamu dapat merenungkan pertanyaan seperti “Apa arti cinta sejati?” atau “Bagaimana  dapat mencapai kebahagiaan dalam hubungan ini?”

Ketika kamu memikirkan tentang tujuan dari hubungan yang sedang kamu jalani, kamu akan mendapatkan wawasan lebih luas jika menerapkan ilmu filsafat.

6. Pertimbangan tentang Keberlangsungan Lingkungan

Ketika kamu mempertimbangkan tanggung jawab kita terhadap lingkungan alam, kamu dapat menerapkan filsafat ekologi sebagai contoh filsafat dalam kehidupan sehari hari.

Pertanyaan tentang, “Bagaimana kita harus menjaga keutuhan bumi kita demi generasi selanjutnya?” melibatkan pertimbangan etika lingkungan.

7. Pemikiran Logis dalam Pengambilan Keputusan

Dalam situasi seperti memilih investasi keuangan atau strategi bisnis, kemampuan untuk berpikir logis dan pemikiran kritis yang diajarkan dalam filsafat dapat membantu kamu membuat keputusan yang bijaksana.

Seperti memikirkan dampak maupun keuntungan ketika mengambil sbeuah keputusan.

8. Pemikiran tentang Keyakinan

Bagi individu yang beragama, pertanyaan filosofis tentang keberadaan Tuhan, akhirat, dan tujuan hidup bisa memengaruhi praktik keagamaan sehari-hari.

Kamu mungkin merenungkan apakah keyakinan yang kamu sesuai dengan pengalaman dan bukti.

Atau bisa saja menambah keyakinan kamu tentang adanya surga dan neraka.

9. Apresiasi tentang Seni dan Kreativitas

Kamu akan merenungkan berbagai pertanyaan filosofis tentang keindahan, eksoresi, dan makna ketika mengunjungi pameran seni atau menikmati konser musik.

Kamu akan memahami makna-makna yang tersirat dalam bentuk-bentuk karya seni.

Kamu juga bisa menyimpulkan pesan apa yang hendak disampaikan seseorang lewat karya musiknya.

10. Pertimbangan Politik

Partisipasi dalam pemilihan atau berdebat tentang masalah politik adalah bentuk penerapan filsafat politik.

Contoh filsafat dalam kehidupan sehari hari ini melibatkan pertimbangan tentang bentuk pemerintahan yang ideal, hak individu, dan tugas warga negara.

Dalam masa pemilihan presiden atau pejabat pemerintahan lainnya, tentu kamu bisa mempertimbangkan siapa calon yang sesuai dengan prinsip negara yang menurutmu benar.

11. Pertanyaan Eksistensial

Apakah kamu seringkali mempertanyakan seperti “Apa arti hidup?” atau “Apa yang akan terjadi setelah kematian?”

Kalau iya, kamu sudah menerapkan contoh filsafat yang melibatkan pertimbangan eksistensial.

Pertimbangan eksistensial ini adalah pertanyaan mendalam yang berkaitan dengan makna, tujuan, dan sifat eksistensi manusia.

Pertanyaan-pertanyaan ini merenungkan tentang aspek-aspek fundamental dari kehidupan manusia dan seringkali tidak memiliki jawaban yang mudah atau pasti.

Contoh-Contoh Kegiatan Konsumsi di Lingkungan Sekitar dalam Kehidupan Sehari-Hari

12. Pemikiran Etis dalam Konsumsi

Ketika kamu membuat keputusan tentang apa yang harus dibeli dan bagaimana kamu harus menghabiskan uang, kamu dapat menerapkan prinsip-prinsip etika ini.

Seperti etika konsumen dan etika produksi untuk memastikan bahwa tindakan konsumsimu sesuai dengan kebutuhan.

Ternyata secara tidak langsung banyak sekali ilmu filsafat yang sudah kita terapkan dalam kehidupan sehari hari, ya.

Apakah artikel contoh filsafat dalam kehidupan ini membuat kamu lebih tertarik mempelajari tentang ilmu filsafat?

Masih banyak artikel di blog Mamikos yang bisa membantu kamu lebih memahami tentang filsafat, lho!

Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja Kost Dekat UNPAD Jatinangor Kost Dekat UNDIP Semarang Kost Dekat UI Depok Kost Dekat UB Malang Kost Dekat Unnes Semarang Kost Dekat UMY Jogja Kost Dekat UNY Jogja Kost Dekat UNS Solo Kost Dekat ITB Bandung Kost Dekat UMS Solo Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta

contoh essay filsafat pendidikan

COMMENTS

  1. (DOC) ESAI FILSAFAT PENDIDIKAN

    Kendatipun filsafat pendidikan telah dipandang sebagai suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, namun bukanlah berarti bahwa kajiannya hanya sekadar menelaah sendi-sendi pendidikan dan atau filsafat semata. Filsafat pendidikan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari filsafat secara keseluruhan, baik dalam sistem maupun metode.

  2. Contoh Esai tentang Pendidikan

    2. Contoh 2. Contoh esai tentang pendidikan berikut ini berjudul Kemuliaan Guru yang Dirampas Zaman, dikutip dari nasional.sindonews.com, tanggal 25 Februari 2019, dengan penyesuaian. Guru seharusnya sosok panutan yang digugu dan ditiru.

  3. (PDF) Telaah Kritis Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan

    AKADEMIKA, Volume 8, Nomor 2, Desember 2014. TELAAH KRITIS ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN. Sudarto Murtaufiq. Fakultas Agama Islam Universitas Islam Lamongan. Email : [email protected] ...

  4. Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Dan Sumbangannya Bagi

    filsafat pendidikan ki hadjar dewantara dan sumbangannya bagi pendidikan indonesia Globalization is influenced by fundamentalist spirit of the market has resulted in education is not fully regarded as an effort to educate the nation and the liberation of man, but began to shift toward education as a commodity.

  5. Panduan Lengkap: Contoh Filsafat Pendidikan di Indonesia

    1. Filsafat Pendidikan Pancasila. Filsafat pendidikan Pancasila adalah filsafat yang diterapkan secara luas di Indonesia. Filsafat ini menggunakan dasar-prinsip dari Pancasila sebagai pandangan hidup yang merujuk pada kemampuan untuk hidup dalam kehidupan sosial yang harmonis, demokratis, dan beradab.

  6. Filsafat Ilmu Pengetahuan

    Arti penting filsafat ilmu pengetahuan bagi pendidikan terkait pula dengan besarnya kebutuhan dewasa ini untuk mempersambungkan atau mempertemukan satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu yang lain. Persis sebagaimana dijelaskan Capra (1984) dan Zukav (2001), pada akhirnya setiap ilmu pengetahuan harus saling bertemu satu sama lain.

  7. Filsafat Pendidikan: Pengertian, Sistematika, Tujuan & Aliran

    Filsafat pendidikan adalah muara ide dari berbagai kebutuhan utama pendidikan seperti landasan pendidikan, pendekatan pengajaran, model pembelajaran, dan berbagai aspek lain yang dibutuhkan untuk melanjutkan saga keilmuan pendidikan. Seperti filsafat pada umumnya, filsafat ini juga mempertanyakan berbagai kemungkinan yang telah ada, lalu ...

  8. PDF Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi Pendidikan

    Al-Fatihah ayat 2 dan al-Baqarah ayat 3. Kedua ayat ini menjadi landasan teologis, bahwa pendidik yang sebenarnya yaitu Allah, dan peserta didiknya adalah semua makhluk-. 15 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 79.

  9. (PDF) FILSAFAT PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA DAN ...

    Hal ini selaras dengan filosofi pendidikan dari Ki Hajar Dewantara yang berkaitan dengan hakikat pendidikan, yaitu usaha memasukkan nilai nilai budaya ke dalam diri anak, sehingga membentuknya ...

  10. Esai Filosofi Pendidikan

    Filsafat Pendidikan (IP300 ) 28 Documents. Students shared 28 documents in this course. University Universitas Pendidikan Indonesia. Academic year: 2022/2023. Uploaded by: Anonymous Student. ... Contoh 3: Pendidikan inklusif mesti diterapkan di lingkungan sekolah saat ini. Sebab, dengan diterapkannyasistem pendidikan tersebut, maka anak-anak ...

  11. (PDF) Landasan Filosofis Pendidikan

    Falah, R. Z. (2017). Landasan Filosofis Pendidikan Perspektif Filsafat Pragmatisme dan Implikasinya dalam Metode Pembelajaran. Elementary, 5 (2), 374-392. PDF | Philosophy is a science that ...

  12. (PDF) FILOSOFI PENDIDIKAN : (Pandangan Para Tokoh Pendidikan Indonesia

    Di Indonesia ada filsafat pendidikan Ki Hajar Dewantoro, Filsafat Pendidikan R.A. Kartini. Namun dalam kajian dibawah ini hanya akan dibahas lima (5) contoh filsafat saja sebagai landasan filosofis PAK. Berdasarkan lima contoh dibawah ini, selanjutnya dapat dikembangkan aplikasinya filosofisnya sesuai konteks PAK.

  13. (PDF) Filsafat Pendidikan

    Pengertian dan Objek Kajian Filsafat dan fungsinya bagi telaah pendidikan Islam juga pengertian dan objek kajian Filsafat Pendidikan Islam, serta kedudukannya dalam kajian bidang filsafat dan ilmu lainnya. Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah.

  14. Landasan Filosofis Pendidikan: Pengertian, Filosofi Nasional, Tut Wuri

    Pancasila merupakan mazhab filsafat tersendiri yang dijadikan landasan pendidikan, bagi bangsa Indonesia yang dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 2, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Manusia adalah ciptaan Tuhan, bersifat mono-dualisme dan monopluralisme.

  15. 7 Contoh Essay Pendidikan beserta Struktur Penulisannya, Lengkap!

    Baca Juga: Contoh Essay Mahasiswa yang Baik dengan Beragam Tema, LENGKAP! Agar lebih jelas, berikut ini adalah 7 contoh essay pendidikan. 1. Makanan dan penyakit. Perubahan gaya hidup di era globalisasi ini telah memengaruhi kebiasaan makan seseorang dan memaksa untuk mengonsumsi makanan cepat saji berkalori tinggi, seperti junk food.

  16. Makalah Filsafat Pendidikan Beserta Referensinya

    A. Filsafat Pendidikan. Secara etimologi Filsafat pendidikan itu mengandung dua pengertian yang berbeda, yaitu 1) Filsafat, dan 2) Filsafat Pendidikan. Agar kedua dari pengertian tersebut dapat tergambarkan dan dipahami secara menyeluruh, maka penulis akan menguraikan ketiga pengertian tersebut di bawah ini.

  17. Filsafat Pendidikan : Pengertian, Ruang Lingkup, Tujuan, Konsep, Contoh

    Filsafat Pendidikan : Pengertian, Ruang Lingkup, Tujuan, Konsep, Contoh. Jagad.id - Filsafat pendidikan tentu berhubungan dengan pendidikan untuk mengantar ke pengertian filsafat pendidikan. Jika kita melihat pendidikan di era sekarang, cenderung bersifat interaktif antara guru dengan muridnya. Berbeda dengan zaman dulu yang lebih otodidak ...

  18. Landasan Epsitemologi Pendidikan (The Epistemological Foundation of

    Contoh pemikiran Induktif, Buku 1 besar dan tebal adalah mahal . ... Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Ankara H o n e r, S t a n l e y M. d a n H u n t, T h o m a s C. 1987. M e t o d e d a ...

  19. Pengantar Filsafat Ilmu: Kumpulan Esai

    Rahadian Indarto Susilo. Download Free PDF. Pengantar Filsafat Ilmu Kumpulan Esai Moh. Ariful Anam 1 fPengantar Esai-esai ini pada mulanya ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu Keislaman pada program magister Akidah Filsafat Islam di Universitas Islam Negeri (UIN) Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

  20. 30+ Contoh Essay Ilmiah, Pendidikan, dan Beasiswa (+PDF)

    30+ Contoh Essay Ilmiah, Pendidikan, dan Beasiswa (+PDF) Diperbarui: 28 Maret 2024 oleh Rizky Pratama. Essay (Esai) adalah sebuah karangan berbentuk tulisan yang berisi opini seseorang terhadap suatu topik atau hal yang terjadi di masyarakat. Penulisan essay sifatnya subjektif, sehingga akan sangat bergantung dari sudut pandang penulisnya.

  21. (DOC) Esai filsafat

    Esai filsafat. Pandunovisk Vernost. See Full PDF Download PDF. See Full PDF Download PDF. Related Papers. TEORI SASTRA. Dwi Setiawan. ... Filsafat Pendidikan. Dr. Muhammad Kristiawan, M.Pd. Download Free PDF View PDF. Penerbit Nusa Indah, Ende. Pengantar Teori Sastra.pdf. 1997 • Taum Y O S E P H Yapi.

  22. 12 Contoh Filsafat dalam Kehidupan Sehari hari Beserta ...

    Penerapan filsafat dalam kehidupan sehari-hari membantu kamu menjadi pemikir yang lebih kritis, sadar, dan bertanggung jawab. Penerapan ini akan membuat kamu mengambil keputusan yang lebih baik sesuai dengan prinsip yang kamu pegang. Berikut 12 contoh filsafat kehidupan sehari hari: 1. Pilihan Atas Sikap Moral.

  23. Filsafat Ilmu dalam Perspektif Pendidikan Jasmani dan Olahraga

    8. Filsafat Ilmu dalam Perspektif Pendidikan Jasmani dan Olahraga. yang melahirkan disiplin khusus, yaitu etika, 2) Esthetic expression. (ekspresi keindahan) yang melahirk an suatu keindahan dan 3 ...